KITA semua tahu, Nabi Muhammad SAW merupakan berasal dari suku Quraisy, salah satu suku yang dihormati di Mekah. Maka asal usul Nabi Muhammad SAW pastinya tidak lepas dari bangsa Arab.
Lantas, bagaimana asal usul bangsa Arab itu sendiri?
Menurut bahasa, Arab artinya padang pasir, tanah tandus dan gersang tanpa air dan tanaman. Sebutan dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kala kepada jazirah Arab, sebagaimana sebutan yang diberikan kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan daerah tertentu, lalu mereka menjadikannya sebagai tempat tinggal.
Jazirah Arab dibatasi Laut Merah dan gurun Sinai di sebelah barat, di sebelah timur dibatasi teluk Arab dan sebagian besar negara Iraq bagian selatan. Di sebelah selatan dibatasi laut Arab yang bersambung dengan lautan India dan di sebelah utara dibatasi negeri Syam dan sebagian kecil dari negara Iraq. Luasnya membentang antara satu juta mil kali satu juta tiga ratus ribu mil.
Jazirah Arab memiliki peranan yang sangat besar karena letak geografisnya. Dilihat dari kondisi internalnya, Jazirah Arab hanya dikelilingi gurun dan pasir di segala sudutnya. Karena kondisi seperti inilah yang membuat jazirah Arab seperti benteng pertahanan yang kokoh, yang tidak memperkenankan bangsa asing untuk menjajah, mencaplok dan menguasai Bangsa Arab. Oleh karena itu penduduk jazirah Arab hidup merdeka dan bebas dalam segala urusan semenjak zaman dahulu.
BACA JUGA:Â Pembuktian Genetika Bongkar Asal Usul Yahudi Ashkenazi, Ternyata…
Dalam Sirah Nabawiyah yang ditulis Syekh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury disebutkan silsilah keturunan dan cikal-bakal bangsa Arab di wilayah tersebut.
Bangsa Arab terbagi menjadi tiga, yaitu:
1 Arab Ba-idah
Yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sudah punah dan tidak mungkin sejarahnya bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti ‘Ad, Tsamud, Thasm, Judais, ‘Imlaq dan lain-lainnya.
2 Arab ‘AAribah
Yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
Tempat kelahiran Arab ‘AAribah atau kaum Qahthan adalah negeri Yaman, lalu berkembang menjadi beberapa kabilah dan suku, yang terkenal adalah dua kabilah:
1. Kabilah Himyar, yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Zaid Al-Jumhur, Qudha’ah dan Sakasik.
2. Kabilah Kahlan, yang terdiri dari beberapa suku terkenal yaitu Hamadan, Anmar, Thayyi’, Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Azd, Aus, Khazraj, anak keturunan Jafnah raja Syam dan lain-lainnya. Suku-suku Kahlan banyak yang hijrah meninggalkan Yaman, lalu menyebar ke berbagai penjuru Jazirah menjelang terjadinya banjir besar saat mereka mengalami kegagalan dalam perdagangan. Hal ini sebagai akibat dari tekanan Bangsa Romawi dan tindakan mereka menguasai jalur perdagangan laut dan setelah mereka menghancurkan jalur darat serta berhasil menguasai Mesir dan Syam, (dalam riwayat lain) dikatakan: bahwa mereka hijrah setelah terjadinya banjir besar tersebut.
3 Arab Musta’ribah
Yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma’il, yang disebut pula Arab ‘Adnaniyah.
Dikisahkan, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam hijrah dari Iraq ke Haran atau Hirran, termasuk pula ke Palestina, dan menjadikan negeri itu sebagai pijakan/markas dakwah beliau. Beliau banyak menyusuri pelosok negeri ini dan lainnya, dan beliau pernah sekali mengunjungi Mesir. Fir’aun (sebutan bagi penguasa Mesir) kala itu berupaya melakukan tipu daya dan niat buruk terhadap istri beliau, Sarah.
Namun Allah membalas tipu dayanya (senjata makan tuan). Dan tersadarlah Fir’aun itu betapa kedekatan hubungan Sarah dengan Allah hingga akhirnya ia jadikan anaknya, Hajar sebagai abdinya (Sarah). Hal itu dia lakukan sebagai tanda pengakuannya terhadap keutamaannya. Kemudian Hajar dikawinkan oleh Sarah dengan Nabi Ibrahim.
Ibrahim ‘Alaihis Salam kembali ke Palestina dan Allah menganugerahinya Nabi Isma’il dari Hajar. Sarah pun terbakar api cemburu. Dia memaksa Nabi Ibrahim untuk mengekstradisi Hajar dan putranya yang masih kecil, Isma’il. Maka beliau membawa keduanya ke Hijaz dan menempatkan mereka berdua di suatu lembah yang tiada ditumbuhi tanaman (gersang dan tandus) di sisi Baitul Haram (Makkah) yang saat itu hanyalah berupa gundukan-gundukan tanah.
BACA JUGA:Â Bagaimana Asal Usul Simbol-Simbol yang sering Dikaitkan dengan Agama?
Keturunan Ismail lah yang menjadi cikal bakal suku Quraisy. Mereka sendiri berasal dari suku Kinanah bin Khuzaimah. Dari Kinanah inilah muncul Quraisy, yaitu anak keturunan Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah.
Quraisy terbagi menjadi beberapa kabilah, yang terkenal adalah Jumuh, Sahm, ‘Udai, Makhzum, Tim, Zuhrah dan suku-suku Qushay bin Kilab, yaitu Abdud Dar bin Qushay, Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushay dan Abdu Manaf bin Qushay.
Sedangkan Abdu Manaf mempunyai empat anak: Abdu Syams, Naufal, al-Muththalib dan Hasyim. Hasyim adalah keluarga yang dipilih oleh Allah yang di antaranya muncul Muhammad bin Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hasyim.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memilih Isma’il dari anak keturunan Ibrahim, memilih Kinanah dari anak keturunan Isma’il, memilih Quraisy dari anak keturunan Bani Kinanah, memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku dari keturuan Bani Hasyim.” (HR Muslim dan at-Turmudzy)
Dari al-‘Abbas bin Abdul Muththalib, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, lalu Dia menjadikanku dan sebaik-baik golongan mereka dan sebaik-baik dua golongan, kemudian memilih beberapa kabilah, lalu menjadikanku di antara sebaik-baik kabilah, kemudian memilih beberapa keluarga lalu enjadikanku di antara sebaik-baik keluarga mereka, maka aku adalah sebaik-baik jiwa di antara mereka dan sebaik-baik keluarga di antara mereka.” (HR at-Turmudzy)
Setelah anak-anak ‘Adnan beranak-pinak, mereka berpencar di berbagai tempat di penjuru jazirah Arab, menjelajahi tempat-tempat yang banyak curah hujannya dan ditumbuhi oleh tanaman.
Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyahnya berkata, “Seluruh orang-orang Arab berasal dari anak-anak Ismail dan Qahthan. Salah seorang dari Yaman berkata, ‘Qahthan adalah anak Ismail, dan Ismail adalah bapak seluruh orang-orang Arab”. []
Referensi: Sirah Nabawiyah/Karya: Syekh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury/Penerbit: Pustaka Al Kautsar/Tahun: 1997