KETIKA Allah SWT hendak menciptakan Adam, Dia memberi perintah untuk mengambil tanah dari bumi yang akan jadi bahan dasar penciptaan Adam. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas: “Allah SWT menciptakan Adam dari tanah liat (lazib atau lengket, yang berarti ‘kental’ dan ‘berbau amis’) dari lumpur masnuun (yang bau). Ini menjadi lendir busuk setelah tanah (setelah diolah dan dipadatkan). Allah SWT menciptakan Adam dengan tangan-Nya sendiri.
Lalu turunlah Iblis ke bumi untuk mengambil tanah seperti yang diperintahkan Allah SWT, diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
“Tuhan Yang Maha Kuasa mengutus Iblis untuk mengambil beberapa kulit (adim) dari bumi, baik manis dan asin, dan Allah SWT menciptakan Adam dari sana. Untuk alasan inilah dia disebut Adam – yaitu, karena dia diciptakan dari kulit (adim) bumi. Untuk alasan yang sama, Iblis bertanya: ‘Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah? – yaitu, tanah liat itu yang dibawa oleh aku sendiri.’”
BACA JUGA: Siapa Manusia Pertama, Nabi Adam atau Pithecantropus?
Diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair:
“Dia bernama Adam hanya karena dia diciptakan dari kulit (adim) bumi.”
“Adam diciptakan dari kulit (adim) bumi dan oleh karena itu disebut Adam.”
Diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib ra.: “Adam diciptakan dari kulit (adim) bumi, mengandung sesuatu yang thayyib (baik), dan sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Semua ini dapat dilihat pada anak-anak Adam, (ada yang) baik dan buruk.”
Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari, berkata: “Allah SWT menciptakan Adam dari segenggam tanah yang Dia ambil dari seluruh bumi. Dengan demikian, anak-anak Adam menjadi menyerupai dengan bumi yang berwarna merah, hitam, putih, atau di antaranya, dan menjadi polos atau kasar, tidak menyenangkan atau menyenangkan. Tanah liat dari mana Adam dibuat, dilembabkan sampai menjadi tanah liat lengket, kemudian dibiarkan menjadi lumpur hitam, dan kemudian (menjadi) salsal (‘tanah liat kering’ atau ‘tanah liat tembikar’), seperti yang Allah SWT katakan: ‘Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.’”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas: “Adam diciptakan dari tiga (jenis tanah liat): tanah liat kering (salsal), lendir (hama’), dan tanah liat lengket (lazib). Tanah liat lengket adalah tanah liat yang baik. Hama’ adalah hami’ah, dan salsal adalah tanah yang ditumbuk halus. Maksud Allah SWT dengan ‘dari salsal’: dari tanah liat kering (salsal) yang seperti ‘salsalah,’ yaitu, yang terdengar sepertinya.”
BACA JUGA: Apakah Dajjal Keturunan Nabi Adam?
Setelah Adam diciptakan, maka Allah SWT memerintahkan Malaikat dan Iblis untuk bersujud. Malaikat patuh sedangkan Iblis menolak perintah-Nya. Ibnu Mas’ud dan beberapa sahabat Nabi meriwayatkan:
“Allah SWT berkata kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.’[4] Allah SWT menciptakannya dengan tangan-Nya sendiri, supaya jangan sampai Iblis menjadi sombong terhadap (Adam), sehingga (Allah SWT) dapat berkata kepada (Iblis): ‘Engkau sombong terhadap sesuatu yang telah Aku buat dengan tangan-Ku sendiri, yang Aku sendiri tidak terlalu angkuh terhadap yang Aku buat?’ Jadi Allah SWT menciptakan Adam sebagai manusia. Dia adalah tubuh tanah liat selama empat puluh tahun sepanjang Jumat.
Ketika para malaikat melewatinya (Adam), mereka ketakutan oleh apa yang mereka lihat. Yang paling ditakuti malaikat adalah (adanya) Iblis. Dia (Iblis) akan melewatinya, menendangnya, dan dengan demikian membuat tubuh itu menghasilkan suara seperti halnya tembikar. Itulah (yang dimaksud) ketika Allah SWT berkata: ‘dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.’ Kemudian dia (Iblis) akan berkata: ‘Untuk apa engkau diciptakan?’ Dia masuk ke mulutnya dan keluar dari duburnya. Kemudian dia berkata kepada para malaikat: ‘Jangan takut akan yang satu itu, karena Tuhanmu kokoh, sedangkan yang ini kosong. Mana kala aku diberi kuasa atas dirinya, aku akan menghancurkannya.’” []
SUMBER: GANA ISLAMIKA | Buku Al-Ṭabari, Taʾrīkh al-Rusūl wa al-Mulūk: Volume 1