AGRA—Lembaga Survei Arkeologi India (ASI) melarang umat Muslim untuk melaksanakan shalat di masjid area Taj Mahal, Agra, India. Larangan itu berlaku untuk semua hari, kecuali Jumat.
ASI merupakan lembaga yang mengelola situs Taj Mahal. Mereka mengklaim keputusan terkait larangan itu diambil sesuai perintah Mahkamah Agung yang ditetapkan pada Juli lalu.
BACA JUGA: Diklaim Sebagai Kuil Hindu, Dewan Arkeolog Tetapkan Taj Mahal Sebagai Mausoleum Muslim
Pemimpin arkeolog ASI (lingkaran Agra), Vasant Swarankar, mengatakan larangan itu sesuai dengan perintah Mahmakah Agung.
“Namaz hanya dapat dilaksanakan pada Jumat dan itupun oleh penduduk lokal saja,” kata Swarankar, dilansir di Times of India, Senin (5/11/2018).
sebelumnya Mahkamah Agung telah mengeluarkan perintah, melarang umat Muslim yang tidak tinggal di sekitar Taj Mahal (Agra) untuk melaksanakan shalat Jumat di masjid yang berada di dekat monumen abad ke-17 tersebut.
Sejak Taj Mahal ditutup untuk umum pada Jumat lalu, warga lokal diizinkan untuk melaksanakan shalat Jumat hingga pukul 14.00 tanpa membayar biaya masuk apapun. Sedangkan, di hari lainnya, setiap pengunjung yang telah membeli tiket dapat mengunjungi masjid tersebut dan melaksanakan shalat hingga sekarang.
Namun, Ahad (4/11/2018) ASI mengunci ‘tangki vazu’, tempat para namazis (yang hendak shalat) berwudhu sebelum shalat. Selain pengunjung, imam Syed Sadiq Ali juga terkejut atas tindakan ASI tersebut.
Selama ini, keluarga Imam Sadiq Ali telah memimpin shalat di masjid dekat Taj Mahal selama beberapa dekade. Ia diberi gaji sebesar 15 rupee per bulan.
BACA JUGA: Kebijakan Pemerintah India Memungkinkan Situs Sejarah Dikelola Swasta, Salah Satunya Taj Mahal
Sementara itu, Presiden Komite Intezamia Taj Mahal, Syed Ibrahim Hussain Zaidi, mengatakan tidak ada alasan untuk melarang pelaksanaan shalat di masjid dekat Taj Mahal karena hal itu telah berlangsung lama.
Syed Ibrahim selanjutnya akan menemui pejabat ASI untuk membahas soal larangan itu. []
SUMBER: TIMES OF INDIA