الصبر صبران صبر على ما تكره و صبر على ما تحب. – علي بن أبي طالب
“Sabar itu ada dua, bersabar terhadap yang engkau benci dan bersabar terhadap apa yang engkau cintai.” (Ali bin Abi Thalib).
Sudah menjadi sunah kehidupan bahwa hidup selalu dikelilingi oleh hal-hal yang kita cintai dan kita benci. Itu semua akan berlaku sampai kita menutup mata. Belum tentu yang kita senang itu baik menurut kita, dan belum tentu yang kita benci itu buruk untuk kita. Hanya Allah sebaik-baiknya penilai mana yang baik dan mana yang buruk. Tugas kita hanya mengira-ngira saja, kemudian kita serahkan keputusan akhirnya kepada Allah.
BACA JUGA: Merenungi Kembali Makna Sabar; Seberapa Sabarkah Saya?
Kita perlu bersabar terhadap hal-hal yang tidak kita sukai, seperti kemiskinan, kebodohan, penyakit, tingkah laku buruk pasangan dan anak anak kita. Sabar terhadap hal-hal yang kita tidak inginkan adalah dengan berbuat sesuatu kepadanya.
Sabar menghadapi kemiskinan dengan berusaha dan bekerja. Sabar melawan kebodohan dengan terus-menerus belajar sepanjang hayat. Sabar terhadap rasa sakit dengan mengobatinya, dan sabar terhadap perilaku buruk pasangan dan anak anak kita adalah dengan terus mentarbiyah mereka tanpa rasa putus asa.
Selain kita juga harus bersabar terhadap hal hal yang kita sukai. Seperti kecantikan, kekayaan, kecerdasan, kesehatan dan lain-lain.
Sabar terhadap kecantikan dan ketampanan adalah berusaha menjaga diri dari mengumbar aurat dan menjual diri dengan harga yang murah.
Sabar ketika diberikan harta berlimpah adalah menggunakan di jalan kebaikan. Tidak menyia-nyiakannya dan tidak pelit untuk mendermakannya di jalan yang benar.
Umar bin Khattab berkata, “Ketika kami diuji dengan kemiskinan kami bisa bersabar, dan ketika kami diuji dengan kekayaan kami tidak bisa bersabar.”
Banyak manusia yang berhasil ketika diuji dengan kemiskinan, tetapi sedikit yang sadar ketika ia diuji dengan kekayaan dan kesuksesan. Lalu ia akhirinya kehidupannya dengan suul khatimah.
BACA JUGA: Ikhlas dan Sabar dengan Berdzikir (1)
Sabar diberikan kecerdasan adalah dengan mencerdaskan umat dengan ilmu yang bermanfaat. Kecerdasannya tidak digunakan untuk mempertontonkan kecerdasannya di hadapan khalayak, agar ia terlihat semakin cerdas dan selainnya bodoh.
Saudaraku, ketahuilah bersabar terhadap yang kita senangi lebih membutuhkan kekuatan dibandingkan bersabar terhadap hal-hal yang tidak kita inginkan kehadirannya. []