“Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkanya,” (HR. Bukhari).
HADIST di atas telah memotivasi Atik Zulfah, seorang santri asal Demak untuk mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.
Berbekal keinginan besar untuk memasyarakatkan al-Qur’an, ia mengikuti sebuah program daurah al-Quran di tahun 2014, yaitu menghafal al-Qur’an selama 40 hari yang diselenggarakan di Pesantren Ad-Dhuha Purwakarta.
Wanita berusia 20 tahun ini mengaku dalam prosesnya menghafal al-Qur’an, terdapat berbagai tantangan dan godaan yang harus ia hadapi agar bisa terus beristiqomah hingga selesai dengan hafalan 30 juz-nya.
Rasa bosan terkadang menghampiri Atik ketika ia tengah menghafal al-Qur’an. Hal itu tampak menjadi tantangan tersendiri baginya selama mengikuti program tahfidz ini. Namun, dengan mengingat kembali akan keinginan dan tujuan mulianya, kejenuhan itu dapat ia atasi.
Suasana yang tenang dan tidak bising menurutnya adalah situasi yang sangat mendukung untuk menghafal al-Qur’an lebih cepat dan mudah. Suasana tersebut juga tercipta di pesantren Ad-Dhuha, sehingga ia bisa lebih fokus dalam menghafal al-Qur’an.
Atik mengetahui informasi terkait adanya program daurah al-Qur’an ini dari salah seorang temannya. Ia pun mendapat dukungan penuh dari keluarga dan orang-orang terdekatnya untuk mengikuti program tersebut.
Berbagai perubahan ia alami seiring dengan bertambahnya jumlah juz al-Qur’an yang ia hafal, juga semakin banyaknya ilmu yang ia dapatkan dari mempelajari isi kandungan al-Qur’an.
Ia juga mendapat ilmu-ilmu baru dari al-Qur’an yang dapat ia amalkan dalam kehidupan sehari-harinya, juga untuk disebarluaskan kepada masyarakat sebagaimana keinginannya selama ini. []