CANBERRA—Sebuah laporan rahasia militer Australia mengenai keterlibatan mereka dalam Perang Irak 15 tahun lalu, telah didesklasifikasi pada Senin (26/11/2018). Sehingga dokumen tersebut kini terbuka untuk umum.
Laporan yang disusun oleh Albert Palazzo dari Land Warfare Studies Centre Angkatan Darat Australia pada tahun 2008 itu mengungkap berbagai hal terkait pasukan Australia di Irak.
BACA JUGA: UNICEF: 80% Anak-anak Irak jadi Korban Kekerasan
Disebutkan bahwa mereka mengalami banyak masalah logistik selama bertugas di negara teluk tersebut. Selain itu, dalam laporan yang juga diinformasikan oleh media ABC itu, disebutkan bahwa pasukan Australia di lapangan seringkali tidak dilengkapi peralatan tempur yang memadai.
Dr Palazzo menjelaskan persiapan pasukan tidak konsisten dan satuan-satuan diterjunkan dengan kualitas peralatan yang berbeda.
“Skuadron Ekspedisi Dukungan Tempur dikerahkan tanpa perlengkapan utama pasukan termasuk peralatan perlindungan individu, pelindung tubuh dan pakaian kamuflase,” kata laporan itu.
Laporan ini juga mengungkapkan para komandan militer mengalami masalah dalam mendapatkan pasukan yang mereka inginkan, karena prajurit terkadang tak memiliki paspor dan visa.
Menurut laporan tersebut, pengiriman pasukan dan peralatan Australia ke Timur Tengah itu sulit karena kurangnya kemampuan transportasi strategis Angkatan Udara (RAAF). Selain itu, pemerintah juga tidak memberikan indikasi jelas tentang niat dan jadwal pengiriman pasukan ke pihak ADF.
“Dengan kegagalan mengumumkan keikutsertaan negara ini secara tepat waktu, Pemerintahan Howard berhasil menyudutkan dirinya sendiri, dan pada saat bersamaan menyerahkan salah keputusan strategisnya ke pihak Amerika Serikat,” kata Dr Palazzo dalam laporannya.
Dr Palazzo juga menyebut satuan elit AL, Clearance Diving Team 3, merupakan satuan dengan dukungan logistik paling buruk selama penugasan dalam Perang Irak.
Laporan itu menyebut para penyelam AL ini segera mendapatkan kesan bahwa mereka “warga kelas dua” dalam hal logistik.
Sebagian besar perlakuan buruk ini dituding dilakukan oleh kontraktor militer swasta yang menangani kliennya dengan mendahulukan keuntungan.
“Selama tiga bulan mereka di Irak, para penyelam tidak menerima pakaian ganti,” kata laporan itu, “Mereka diterjunkan dengan tiga set kamuflase dan menggunakannya selama di sana. Tidak ada fasilitas cuci baju di lokasi mereka di Irak,” katanya.
BACA JUGA: Perkuat Penjajahan, AS Bangun Markas Militer Baru di Irak
Dalam dokumen setebal 156 halaman itu juga diungkap soal program vaksinasi untuk anggota pasukan yang dilaksanakan secara buruk. Kabar vaksinasi ini, katanya, menimbulkan kegelisahan bagi sebagian besar pasukan militer yang menunggu penugasan atau sudah berada di Irak.
Pengamat militer Profesor Clinton Fernandes dari Universitas New South Wales menyebutkan personel Angkatan Bersenjata Australia (ADF) diam-diam dikirim ke markas besar CENTCOM di Florida, AS, pada 2002 untuk merencanakan Perang Irak, setahun sebelum PM John Howard saat itu mengumumkan keterlibatan Australia.
“Dokumen ini menunjukkan Pemerintahan Howard telah memutuskan bergabung dengan Amerika Serikat dalam operasi apa pun di Irak sejak awal 2002,” kata Fernandes, “Namun hal ini tidak dapat diakui kepada publik atau bahkan kepada ADF pada umumnya,” lanjutnya. []
SUMBER: ABC