PADA suatu hari, seorang intelektual dan sastrawan asal Inggris, Sir Rowland George Allanson, menyaksikan kaum muslimin di Pakistan sedang berpuasa. Ketika itu kebetulan sedang musim panas yang sangat terik.
“Sungguh gila orang-orang ini,” bathinnya. “Di panas terik seperti ini mereka tidak minum dan tidak makan.”
Setelah menyaksikan mereka yang berpuasa ternyata bukannya lemah, tapi malah tampak lebih segar dan bahagia, tergeraklah hatinya ingin mencoba merasakan nikmatnya berpuasa.
BACA JUGA: Raquel, Polisi Detroit Amerika, Masuk Islam Karena Peristiwa 9/11
Maka, ia pun mulai berpuasa, bukan karena iman, melainkan sekadar coba-coba belaka. Pada hari pertama dan kedua, ia merasakan kepayahan yang luar biasa: tangan dan kakinya gemetaran.
Ketika meneruskan berpuasa sampai hari ketiga, ia mulai terbiasa. Dan pada hari keempat ia sudah merasakan kenikmatan berpuasa. Tubuhnya terasa ringan, pikirannya jernih, terbebas dari rangsangan dan keinginan aneh-aneh.
Karena penasaran dengan ajaran puasa ini, ia pun menyelidiki hakikat puasa sebagaimana diajarkan Islam. Sebagai ilmuwan, ia tak puas jika tidak mempelajari sesuatu sampai tuntas. Maka ia pun mempelajari dan meneliti Al-Quran.
Pada akhirnya, kepuasannya sebagai ilmuwan terpenuhi: ia menemukan kebenaran sejati. Hidayah Allah SWT pun menetes ke dalam qalbunya, hatinya melonjak bahagia. “Inilah agama yang selama ini aku cari-cari,” katanya.
BACA JUGA: Pelajari Al-Quran untuk Buktikan Islam Salah, Aktris Inggris Justru Masuk Islam
Selang beberapa waktu kemudian, tepatnya 16 November 1913, ia pun membaca dua kalimah syahadat, dan mengganti namanya menjadi “Syaikh Rahmatullah Al-Farooq”, sementara panggilan sehari-harinya “Lord Headly AlFarooq”.
Pengetahuan dan kekagumannya terhadap Islam kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku yang laris, A Western Awakening to Islam (Fajar Kebangkitan Barat Menyambut Islam). []
Sumber: Majalah alKisah No. 16/Tahun VIII