SEORANG ayah hendaklah menyayangi anak-anaknya. Jangan hanya berpikir mencari nafkah tanpa memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada anak. Karena bagaimana pun, baik ibu maupun ayah adalah sosok pahlawan bagi anak-anaknya. Tak bisa dibayangkan jika sosok pahlawan yang mereka idolakan ternyata tak memberikan kasih sayang dan perlindungan yang diharapkan. Jadi jangan heran apabila anak-anaknya ‘balas dendam’ terhadap ayahnya saat mereka dewasa
Sedari awal, Rasulullah SAW sering mencontohkan bagaimana menjadi sosok ayah yang baik bagi anak- anaknya. Ketika melihat ada sahabatnya Ubaid bin Umair yang tidak pernah sedikit pun mencium anak- anaknya, Rasul SAW mencontohkan kasih sayang dan pujiannya terhadap putrinya, Fathimah RA. Rasul SAW bersabda, “celakalah orang yang selama hidupnya tidak pernah mencium anaknya.” (Bihar al-Anwar).
BACA JUGA: Ironis, Minat Anak-anak untuk Bersekolah Makin Turun
Pengertian ‘Mencium’ tidak hanya dimaknai secara ‘apa adanya’, tetapi juga bisa lebih luas daripada arti hafiyahnya. ‘Mencium’ anak merupakan simbol daripada bentuk kasih sayang yang mendalam. Dengan ibarat lain, ‘mencium’ dalam redaksi hadits di atas bisa ditafsirkan sebagai keharusan bagi orang tua untuk menghadirkan kenyamanan, kedamaian, dan kasih sayang antara anggota keluarga.
Hal demikian karena persoalan inti dalam hubungannya dengan pendidikan anak ialah keharusan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan nyaman, lingkungan yang ramah anak dengan tidak adanya kekerasan, diskriminasi dan hal-hal lain yang mengganggu stabilitas emosi mereka. Karena itu lingkungan tempat terbentuknya anak harus kondusif dan nyaman bagi perkembangan jiwanya.
Ada beberapa kondisi yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan mendidik anak agar berhasil. Yang pertama ialah lingkungan keluarga, terutama ibu. Pepatah Arab mengatakan, ‘Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya’. Anak adalah sosok unik yang membutuhkan kehidupan damai. Ibu adalah tempat yang kondusif untuk itu. Ulama besar sekaliber Thabataba’i yang hafal Alquran sejak umur tujuh tahun tak lepas dari asuhan ibu yang mendidiknya.
Anak-anak tatkala telah dewasa maka mereka selalu kenang demi kebaikan, kelembutan, ciuman kedua orang tua mereka yang telah bersabar dalam mendidik mereka. Jadilah mereka anak-anak yang berbakti yang selalu ingin membalas budi menghargai orang tua mereka.
BACA JUGA: 7 Langkah agar jadi Anak Berbakti kepada Orangtua
Orangtua yang menyayangi anak-anaknya akan mendapatkan rahmat Allah dan ganjaran dari Allah karena sikap mereka yang lembut kepada anak-anak mereka.
Abu Hurairah ra. berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin’ Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro ‘bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro ‘berkata, “Aku punya 10 orang anak, tidak memiliki katai dari mereka yang pernah kucium”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallampun melihat ke Al-‘Aqro’ lalu dia berkata, “Barangsiapa yang tidak merahmati / menyayangi maka ia tidak akan dirahmati” (HR Al-Bukhari no 5997 dan Muslim no 2318). []
Referensi: Parenting dalam Islam/ Karya: Neneng Maghfiroh/ Yayasan Pengkajian Hadis el-Bukhari Institute