ADA sebuah keluarga. Tinggal di rumah itu adalah sepasang suami istri. Di situ, tinggal pula ayah dari sang suami.
Sang ayah sudah sangat renta. Di hari pertama sang ayah ditempatkan di kamar yang megah di dalam rumah bersama mereka. Sang ayah dirawat oleh sang anak, walaupun sebenarnya ia sibuk. Tetapi dengan senang hati ia merawat dan menemani ayahnya.
Hari-hari begitu cepat berlalu.
Sang istri tak begitu nyaman dengan adanya sang mertua, karena ia tak suka dengan mertuanya yang manja. Hal lumrah dimana orang yang sudah masuk masa lansia menjadi manja. Setiap hal merepotkan sang mantu, tapi sang mertua tak berniat untuk merepotkan hanya saja ia perlu bantuan.
Sang anakpun mulai tak ada waktu untuk menemani sang ayah walau hanya sekadar untuk minum teh di pagi hari. Yang tadinya makan diantar olehnya kini diberikan oleh pembantu rumah tangga.
Sang istri selalu saja mengungkapkan rasa tak nyaman atas kehadiran sang mertua kepada suaminya. Karena kecintaannya terhadap sang istri, si suami pun dengan tega memindahkan ayahnya ke ruang kecil di belakang rumah. Dulu itu kamar pembantu tapi kini jadi kamar sang ayah.
“Ayah sementara tidur di sini ya, karena istriku sedang ingin memperbaiki kamar yang ayah pakai. Tapi aku akan mengantarkan setiap makanan untuk ayah ke sini,” kata sang anak yang memperhalus alasan yang terjadi sebenarnya.
“Iya tak apa, ayah tidur dimanapun asal ayah bisa selalu bersama anak dan cucuku . . ” ucap ayah yang sebenarnya tahu akan alasan dari semua ini.
Satu hari berlalu, benar sang anak membawakan sarapan untuknya dengan sepiring nasi goreng yang hangat ditemani teh manis.
Tetapi keesokan harinya hanya ada pembantu yang mengantarkan makanan, tapi tak apa benak sang ayah berucap.
Satu minggu, dua minggu berlalu. . sang pembantu mengganti alas makan yang tadinya piring kaca dengan piring plastik, karena sang kakek selalu memecahkan piring kaca tersebut. Itu atas perintah sang istri.
Satu bulan kemudian, tak terlihat sang anak menghampiri ke kamar lagi.
Hanya sang cucu yang selalu ceria ingin meminta bermain dengan sang kakek.
Walaupun merasa sedih ia selalu berprasangka baik, mungkin anaknya sedang sibuk di kantor atau ada keperluan lain.
Sampai akhirnya tak pernah terlihat lagi sang anak menghampiri.
Ketika suatu pekan dimana sang ayah menemui ajalnya , tak ada satu pun keluarga yang menemani, hanya sang pembantu yang mengetahui kepergiaannya.
Tak terasa sudah satu tahun semenjak kepergian sang ayah.
Di suatu sore, sang anak mengajak ayahnya untuk melihat kamar sang kakek, dan saat memasuki ruangan ia menemukan kamar yang sangat kotor tak terawat. Sang anak melihat piring plastik yang dulu dipakai untuk kakeknya. Sambil berlari kecil, ia mengambil piring tersebut lalu ia berkata kepada sang ayah, “Ayah, jika ayah tua nanti aku akan memberikan makanan untuk ayah pakai piring ini ya, seperti yang dilakukan ayah ke kakek…” []