TERIMA kasih atas peranmu menjadi ayah yang luar biasa.
Momen seperti ini ada ratusan kali atau entah berapa kali seringnya dan saya selalu menikmati momen itu. Engkau selalu menasihati anak kita dengan penuh kelembutan. Tapi aku tahu itu menghujam di lubuk hatinya karena aku juga tahu pasti, dari mulai dia di buaian sampai saat ini, nasihat itu tak pernah lepas dari mulutmu sebagai bentuk tanggungjawabmu.
Momen sepulang dari mushola lalu gelaran sejadah di mihrob kami yang kecil menjadi suatu kebiasaan sampai waktu sholat isya tiba. Kami isi dengan dzikir dan do’a bersama, murojaah atau sambung ayat, menguatkan hapalan do’a, berceritera tentang para nabi, khususnya Rasulullah dan para sahabatnya.
BACA JUGA: Ayah, Jangan Hanya Sibuk Kerja, Perhatikanlah Anak-anak Anda
Motivasi, dan sederet bimbingan lainnya tentang akidah peng-Esa-an kepada Allah, tentang hakikat sholat dengan keharusannya sebagai amalan yang dihisab pertama dan yang paling keras. Engkau tekankan ini kepada anak kita. Belum lagi praktiknya sudah betul atau tidak, dan tentang akhlak mulia, bergiliran terus ga bosan diulang. Tentunya engkau yabg menjadi leadernya.
Momen di saat melepas anakmu ke pondok pesantren adalah saat terberat melepas anak kita. Bukan kami tidak percaya dengan pondok pesantren, justru kami titipkan anak kami kepada orang-orang yang lebih sholeh, taat dan tawadhu supaya lebih paripurna ilmunya. Tapi saya melihat ada kekhawatiran darimu kalau engkau tidak bisa sering-sering lagi membimbingnya atau takut kontribusimu berkurang karena takutmu dimintai pertanggungjawaban kelak.
BACA JUGA: Saat Seorang Anak Memilih Teman daripada Ayah
Itulah kenapa kami selalu jadwalkan kunjungan kami tidak hanya semata-mata kangen tapi lebih kepada dia anak kami, harus selalu mendapat curahan kasih sayang kami secara langsung dan mendapat nasihat kami. Supaya kami merasa kami tidak melepas semua tanggungjawab kami pada para ustadznya. Lelah letih bahkan kondisi sakit pun tetap kau tekankan untuk selalu menyiraminya.
Momen ayah anak ini sungguh membuatku haru, bangga dan bahagia. Rasa syukur tak terhingga kepada Allah atas karunia ini, di kala sekarang banyak anak yang miskin kasih sayang ayah dan ayah bak ATM saja fungsinya. Ada kalanya saya umminya ga tahu sama sekali apa yang diobrolkannya, walau akhirnya si ayah kasih bocoran itu tentang kelaki-lakian, hmm… baiklah. Sungguh kau mengagumkanku aku terpesona karenanya. []