Oleh: Rohmat Saputra, jeparahanif@yahoo.co.id
DI saat kita beranggapan kehidupan dunia dijalani dengan baik dan indah, tak sadarkah bahwa di bawah tempat kita berpijak ada kehidupan yang lebih baik dan lebih indah?
Di saat kita beranggapan kehidupan dunia merasa begitu keras, mengerikan atas kelakuan para penghuninya dan sangat kejam, tak sadarkah bahwa di bawah tempat kita berpijak ada kehidupan yang lebih mengerikan dan lebih kejam?
Ya, tanpa sadar di bawah kita ada alam yang memiliki kehidupan. Alam yang kata salah seorang ulama adalah periode antara dunia dan akhirat. Alam tempat menanti akan adanya hari kebangkitan. Disana,kata Nabi yang mulia bisa menjadi taman dari pada taman-taman di syurga, atau berubah menjadi lubang, dari pada lubang neraka. Dan alam itu sebagai gerbang menuju akhirat.
Namun yang menjadi perbedaan mendasar antara kehidupan dunia dan alam dibawah kita adalah tidak ada lagi kesempatan waktu beramal. Disana hanya untuk tempat menanti dan menerima balasan akan perbuatan yang telah dilakukan didunia.Tempat itu sebagai pembatas antara kehidupan sebelumnya dan kehidupan setelahnya. Tidak ada satupun manusia yang bisa kembali kedunia barang sesaat tanpa terkecuali setelah memasuki alam tersebut.
“(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan,” (QS. Al-Mukminun: 99-100).
Cerminan baik buruknya balasan di sana, tergantung dari baik buruknya amalan di dunia. Dan balasan baik buruknya di alam sana, akan menjadi cerminan balasan di akhirat nanti. Maka sangat rugi mendapati manusia menuai balasan yang buruk. Karena itu akan berlanjut dan lebih keras lagi balasannya di akhirat. Dan manusia ini tatkala diperlihatkan tempat mereka kembali, sangat takut dan berharap jangan ada hari kebangkitan. Mereka tahu, urusan diakhirat akan lebih besar lagi dari sebelumnya.
Rasulullah bersabda perihal orang-orang fajir yang bertemankan amal buruk. Amal buruk yang menyerupai manusia buruk dan berbau berkata, “Aku adalah amalanmu yang jelek, maka orang-orang fajir memohon “Wahai rabbku, jangan engkau datangkan hari kiamat,” (HR. Ahmad, An-Nasa’I, Ibnu Majah dan hakim).
Jika kita membayangkan ingin dialam bawah sana mendapatkan kenikmatan yang tak terputus hingga hari kebangkitan, maka tidak ada solusi yang terbaik kecuali menempuh jalan sebagaimana Rasulullah ajarkan kepada Umatnya. Ini akan menghindari prahara besar dan kengerian yang akan dihadapi setiap manusia setelah mati. Tidak ada jalan pintas menempuhnya. Semua dilalui dengan cara yang susah dan memberatkan. Karena syurga diliputi dari hal-hal yang dibenci, dan neraka diliputi dengan syahwat.
“Rasulullah bersabda, ‘Syurga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci, dan neraka diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat,” (HR. Muslim).
Banyak sekali penyebab seseorang itu mendapat adzab di alam barzakh. Dan perbuatan yang dominan menjadi sebab pelakunya disiksa adalah diantaranya karena melakukan dosa. dimanadosa itumerupakan pintu-pintu dari dosa yang pertama kali dihisab di akhirat nanti. Pertama kali dihisab yang berkaitan dengan hak Allah adalah shalat, dan dosa yang berkaitan dengan hak manusia dan menjadi pertama kali dihisab adalah darah.
Pintu dari dua dosa diatas adalah tidak bersuci ketika buang air kecil dan gemar mengadu domba antara manusia. Shalat adalah yang berkaitan hak Allah, dan pintu dari ibadah shalat adalah bersuci. Maka jika tidak bersuci dari buang air kecil, maka ia mendapat adzab di alam barzakh. Dan tertumpahnya darah merupakan perkara yang dihisab karena berkaitan tentang hak antara manusia.
Dan pintu dari tertumpahnya darah adalah salah satunya dengan adu domba dan ghibah. Itulah yang dikatakan Ibnu Rajab Al-Hanbali. Dan ini sekaligus menjadi evaluasi tentang adzab yang sangat berhubungan antara di alam barzakh dan alam akhirat.
Nabi melewati dua kuburan, beliau bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan tidaklah keduanya diadzab disebabkan suatu perkara yang besar (menurut kalian). Salah satunya tidak menjaga diri dari percikan air kencing, sedangkan yang lain suka mengadu domba antara manusia,” (Muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu Abbas).
Kehidupan dibawah kita benar-benar akan kita hadapi setelah kehidupan diatasnya usai. Akan ada episode harus kita jalani, mau atau tidak mau kita pasti akan menghadapinya. Seiring waktu berjalan, tanpa sadar kita lebih dekat dengan alam yang ada di bawah kita, lalu menemui Allah Ta’ala.
“Hai manusia, Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya,” (QS Al-buruj: 6).
Lalu, akankah nasib kita sebaik apa yang kita kira, atau nasib kita seburuk yang tidak kita kira? maka itu semua ditentukan bagaimana kita menjalani kehidupan ini atas dasar pilihan-pilihan kita. Pilihan itulah yang akan menentukan nasih baik atau buruknya nanti di hari setelah kehidupan kita berakhir. Wallahu a’lam bishowab.[]