AZAN di telingga bayi yang baru lahir hukumnya sunah menurut jumhur ulama (mayoritas ulama) dari Hanafiyyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah.
Hal ini berdasarkan hadits dari sahabat Abu Rafi’ – radhiallahu ‘anhu – beliau berkata :
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ»
“Aku melihat Rasulullah azan di telingga Al-Hasan bin Ali ketika Fathimah melahirkannya sebagaimana azan untuk shalat.” [Sunan Abu Dawud : 5105]
BACA JUGA: Azan Anak Kecil, Bagaimana Hukumnya?
Hadits di atas dikeluarkan juga Imam At-Tirmidzi dalam “Sunan”-nya, (3/149) dan imam At-Tirmidzi menyatakan bahwa hadits ini ; “hadits hasan shahih”. Dan tahsin (vonis hasan) beliau terhadap hadits ini sudah lebih dari cukup. Karena beliau imamul muhaditsin (imamnya para ahli hadits).
Hal ini dikuatkan oleh sebuah riwayat dari Umar bin Abdul Aziz –rahimahullah- sebagaimana dikeluarkan oleh Imam Abdurrazaq dalam “Al-Mushannaf” (4/336) dan sanadnya shahih. Disitu disebutkan bahwa beliau (Umar bin Abdul Azir) :
كَانَ إِذَا وُلِدَ لَهُ وَلَدٌ أَخَذَهُ كَمَا هُوَ فِي خِرْقَتِهِ، فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى، وَأَقَامَ فِي الْيُسْرَى وَسَمَّاهُ مَكَانَهُ
“Apabila lahir seorang anak, beliau mengambilnya sebagaimana keadaannya dan diletakkan di sobekan kain miliknya. Lalu beliau mengumandangkan azan di telinga kanannya dan iqamat di telinga kirinya serta beliau beri nama saat itu juga.”
Imam An-Nawawi – rahimahullah – (w. 676 H) berkata :
السُّنَّةُ أَنْ يُؤَذَّنَ فِي أُذُنِ الْمَوْلُودِ عِنْدَ وِلَادَتِهِ ذَكَرًا كَانَ أَوْ أُنْثَى وَيَكُونُ الْأَذَانُ بِلَفْظِ أَذَانِ الصَّلَاةِ لِحَدِيثِ أَبِي رَافِعٍ الَّذِي ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ
BACA JUGA: Pria Muslim Bergegas ke Masjid ketika Azan Berkumandang
“Disunnahkan untuk melantunkan azan di telingga bayi yang baru lahir baik laki-laki atau perempuan dengan lafadz azan sebagaimana lafadz azan untuk shalat dengan dasar hadits Abu Rafi’ yang telah disebutkan oleh pengarang (Asy-Syirazi).” [Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 8/442].
Pendapat ini juga dipilih oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya “Tuhfatul Maudud”, syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam “Majmu’ Fatawa” beliau, Syaikh Shalih Al-Fauzan dan yang lainnya. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi kita sekalian. Wallahu a’lam. []
Facebook: Abdullah Al-Jirani