SEBELUM saya menjadi Muslim, saya adalah seorang pria Inggris yang selalu pergi keluar pada Sabtu malam untuk minum minuman keras, dan semua hal semacam itu.
Sekitar lima tahun yang lalu, saya berlibur ke Yunani. Saya pergi ke WHSmith untuk membeli sebuah buku yang bagus untuk bisa dibaca. Namun saya tidak menemukan buku yang saya cari.
Ketika saya akan pergi dari toko buku itu, tidak sengaja ransel saya menyenggol salah satu rak buku dan semua buku jatuh.
Karena sudah terlanjur malu, jadi saya membawa semua buku ke sebuah meja untuk dibaca, dari semua buku yang saya baca, ada satu buku yang ditulis oleh penulis Barat, Barnaby Rogerson, buku itu berjudul “The Prophet Muhammad: A Biography”.
BACA JUGA: Bilal Chin, Rapper Asal London yang Putuskan Masuk Islam
Kemudian saya mulai membaca buku itu, halaman pertama dari buku itu sangat menarik, halaman ke dua lebih menarik lagi. Kemudian saya memutuskan untuk membelinya dan membawanya berlibur bersama saya.
Buku itu, membuat saya berpikir “Ya!, saya ingin belajar lebih banyak”. Oleh karena itu, saya mulai pergi ke masjid setempat, saya berbicara dengan Imam di masjid itu, dan berkata saya ingin belajar lebih banyak mengenai Islam.
Dan Imam itu mengatakan, “Nah untuk memberitahu Anda kebenaran, cara terbaik untuk memahami Islam adalah menjadi seorang Muslim”. Tanpa berpikir dua kali, Saya langsung mengucapkan dua kalimat syahadat di sana.
Hamzah dan Saya
Sebagai seseorang yang baru menjadi Muslim, saya menemukan bahwa, jalan hidup saya memiliki banyak kesamaan dengan seseorang dari sahabat Nabi.
Sahabat Nabi itu adalah Hamzah, dan kesamaan saya dengan Hamza adalah cara dia menjalani hidupnya sebelum menjadi islam, ia menjalani hidup dengan meminum minuman keras dan menjalani hidup yang keras. Namun setelah ia menjadi Muslim, dia merubah semua kebiasaannya itu dan merubahnya kepada hal yang baik dan sesuai dengan ajaran Islam.
Jadi, ketika saya pergi haji, saya pergi ke tempat perang Uhud dengan menggunakan bus, untuk melihat tempat di mana Hamzah meninggal. Kemudian saya turun dari bus, dan berjalan pergi ke pemakamannya. Saat saya sedang berjalan, saya merasa seperti sedang berjalan melalui ketenangan. Saya merasa begitu emosional, air mata mengalir di wajah saya, dan tidak tahu mengapa saya tidak bisa menghentikannya.
BACA JUGA: Koreografer Bollywood Saroj Khan Tutup Usia, Ini Kisahnya Saat Memutuskan Masuk Islam
Saya terus berjalan, dan setelah saya turun dari patch yang berpasir menuju daerah jalan yang beraspal, itu semua hilang begitu saja, dan saya pikir itu aneh. Saya pergi ke pemakamannya dan saya membuat Do’a untuk para martir dan Hamza. Setelah itu saya memutuskan untuk kembali ke bus, dan saat saya berjalan melintasi sepetak tanah, hal itu terjadi lagi, saya menangis saat meninggalkan tempat itu.
Seseorang bertanya, “Ada apa?”
Saya menjawab, “Ketika Nabi kami tahu apa yang terjadi kepada pamannya ia menangis, dan hanya menangis dan menangis”.
“Mungkin dia hanya meninggalkan sesuatu di sana untuk seseorang yang ingin menemukannya,” tambahnya. Dan saya merasa di sini, di dada saya untuk Hamzah.
Syaffia, Adik Perempuan Hamzah
Jadi ketika aku sampai di rumah saya berkata kepada istri saya yang sedang hamil, “Jika kita anak kita sudah lahir, saya ingin memberi nama Hamza”.
Namun, saat anak kami lahir, jenis kelaminnya perempuan. Jadi saya pergi ke internet untuk melihat apakah ada hubungan perempuan yang berhubungan dengan hidup Hamza untuk memberinya nama, sayangnya saya tidak bisa menemukan apa-apa.
BACA JUGA: Kisah Muhammad Cheng, Masuk Islam Usai Melihat Keajaiban dalam Peristiwa Tsunami Aceh
Kemudian istri saya mengatakan,”Tanyakan kepada ibumu”. Jadi saya meminta kepada ibu untuk mencarikan nama bagi anak saya.
Beberapa hari kemudian, dia bilang, dia mencari di internet dan menemukan tiga nama untuk kita. Yang kita paling suka adalah Safiyya. Jadi kami pikir, “OK kemudian, kami memberinya nama Safiyya”.
Beberapa bulan setelah kami memberikan nama, saya merasa benar-benar tertekan dan frustrasi, karena saya tidak bisa memberikan nama kepada anak saya dengan nama yang berhubungan dengan Hamzah.
Kemudian saya membaca kembali buku yang saya beli dulu, saya membuka bagian setelah peristiwa perang uhud.
Kemudian buku mulai berbicara tentang adiknya Hamzah, datang dengan dua potong kain. Dan adik Hamzah itu bernama Safiyya, saya sangat senang dan bersyukur atas hal itu. []
SUMBER: ONISLAM