ABDULLAH bin Qais atau yang lebih dikenal dengan Abu Musa Al-Anshari, termasuk sahabat yang mula-mula masuk Islam. Ia meninggalkan kampung halamannya di Yaman ketika mendengar adalah seorang Rasul yang senantiasa mengajak pada ajaran tauhid. Begitu sampai di Makkah ia segera mencari Rasulullah dan beriman kepadanya.
Abu Musa dikenal memiliki sifat mulia dan budi pekerti yang halus. Ia juga terkenal dengan kedalaman ilmunya, seorang ahli ibadah yang wara’, zuhud, serta kokoh dalam pendirian. Selain itu ia juga terkenal akan keindahannya melafalkan ayat-ayat Qur’an.
BACA JUGA: Betis Abdullah bin Mas’ud Lebih Berat daripada Gunung Uhud
Abu Musa senantiasa menyebarkan ilmu yang didapatnya dari Rasulullah, ia aktif memperdengarkan bacaannya (Al-Qur’an) guna menarik perhatian masyarakat yang belum memeluk agama yang dibawa Rasulullah. Karena banyaknya orang yang tertarik dan ingin mengambil faidah darinya, Abu Musa seringkali membagi orang-orang menjadi kelompok guna mempermudah untuknya berdakwah. Atas izin Allah banyak orang-orang memeluk Islam.
Ia senantiasa memberi banyak perhatian dalam hal pengajian dan riwayat-riwayatnya, ia juga mengajarkan untuk berpegang teguh pada sunnah Nabi. Hal ini juga yang ia tanamkan kepada anak-anak dan keluarganya sebelum ajal datang.
Di medan jihad pun, Abu Musa dikenal senbagai sosok yang gagah berani. Rasulullah pun menggelarinya “pemimpin para prajurit berkuda”.
BACA JUGA: Semangat Abdullah bin Ummi Maktum dalam Mencari Ilmu
Selama bersama Rasulullah, Abu Musa pernah beberapa kali mengikuti peperangan bersama menghadapi orang-orang musyrik. Diantaranya Perang Tabuk, Abu Musa dikenaldengan keahliannya memanah.
Ab Musa wafat pada bulan Dzulhijjah tahun 44 H dalam usia 63 tahun, yang ketika itu ia menyaksikan kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. []
Sumber: Khazanah Intelektual, Para Abdullah di Sekitar Rasulullah, Sya’ban 1434 H., hal 102, 103, 104, 105.