RASULULLAH Shalallahu ‘alaihi wasallam hari itu tidak sedang melakukan perjalanan keluar Kota Madinah dan tidak memiliki jadwal acara bertemu dengan para sahabat. Karena itu, kesempatan itu beliau manfaatkan untuk memeriksa berbagai sudut Masjid Nabawi, Madinah.
Masjid yang satu ini, seperti diketahui, mulai dibangun beberapa lama selepas kehijrahan beliau ke kota tersebut. Pembangunan masjid tersebut tidak berlangsung lama, sekitar dua bulan, dan usai pada tahun pertama Hijrah/622 M.
BACA JUGA: Doa Duduk di Antara Dua Sujud
Masjid itu sendiri bukanlah masjid yang pertama kali beliau dirikan. Sebelumnya, telah berdiri sebuah masjid di Quba’ yang didirikan Sa’d bin Khaitsamah atas pendapat dan rancangan Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam. Pembangunan Masjid Quba’ usai dan menjadi tempat shalat tidak lama selepas beliau pindah dari Quba’ ke perumahan Bani ‘Adiy bin Al-Najjar di tengah-tengah Kota Madinah.
Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam masjid, ternyata di dalam masjid ada seorang Anshar bernama Abu Umamah. Beliau kemudian mendekati sahabat yang sedang merenung dan tampak resah, mengucapkan salam kepadanya, dan sejenak berbagi sapa dengannya.
Selepas itu, beliau bertanya, “Wahai sahabatku! Kenapa engkau ada di masjid, sedangkan saat ini bukan waktu shalat?”
Mendengar pertanyaan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tersebut, Abu Umamah sejenak diam dan merenung dengan merundukkan kepala. Dia sejatinya tidak ingin mengeluhkan persoalan yang sedang merundung dirinya saat itu.
Tapi, karena tidak mendapatkan jalan keluar persoalan yang sedang dihadapinya, akhirnya dengan suara lirih dan sedih dia berkata, “Wahai Rasul! Sejatinya saya sedang dirundung kecemasan dan dililit utang.”
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sejenak tertegun dan tercenung mendengar ucapan Abu Umamah tersebut. Betapa beliau dapat merasakan kecemasan sahabat yang satu itu lewat pancaran wajah sang sahabat. Kehidupan ekonomi di Madinah saat itu memang terasa berat bagi sebagian besar sahabat.
Karena itu, beberapa saat kemudian, beliau berupaya meringankan beban sang sahabat dan berucap kepadanya, “Wahai sahabatku! Maukah engkau kuajari doa yang manakala engkau ucapkan, maka Allah Swt. akan meniadakan kecemasanmu dan membuat utangmu terbayar?”
“Tentu mau, wahai Rasul!” jawab Abu Umamah penuh semangat.
“Wahai Abu Umamah,” pesan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kepada sahabat yang sedang dirundung masalah tersebut, “manakala engkau memasuki saat pagi dan petang, ucapkanlah,
‘Allahumma inni a’udzu bika min al-hammi wa alhazan, wa a’udzu bika min al-‘ajzi wa al-kasal, wa a’udzu bika min al-jubni wa al-bukhl, wa a’udzu bika min ghalabah al-dain wa qahr al-rijal.
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kecemasan dan kesedihan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kepelitan. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari utang dan tekanan orang-orang).”
BACA JUGA: Bayarlah Utang Segera dan Secepatnya
Dengan penuh semangat Abu Umamah kemudian melaksanakan pesan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tersebut. Dan, ternyata semua pertolongan datang tak terjira dari Allah Swt, yang kemudian meniadakan kecemasannya dan membuat utangnya terbayar. []
Sumber: Wangi Akhlak Nabi: Kisah-Kisah Teladan Rasulullah SAW. Tentang Cinta,Persaudaraan, dan Kebaikan/Penulis :Ahmad Rofi’ Usmani/Penerbit: Mizania,2007