BAGI sebagian besar kaum pria, memiliki tubuh berotot adalah sebuah kebanggaan. Penampilan menjadi lebih macho. Akan tetapi, tahukan Anda bahwa di balik otot kekar terdapat kelainan yang mengancam?
Para peneliti mengingatkan bahwa pria yang membentuk ototnya secara berlebihan bisa mengalami kesalahan pembentukan tubuh yang lazim disebut Muscle Dysmorphia (MD).
Kelainan tersebut sering dijumpai pada pria yang sangat berotot. Ironisnya, kondisi tersebut justru memicu pria untuk semakin menambah ukuran dan bentuk tubuhnya. Bahkan, mereka tidak segan-segan memakai steroid untuk mendukung pembentukan fisik mereka.
BACA JUGA:Â Kenali Gejalanya, Depresi bisa Berujung Sakit Fisik
Sindrom ini berbeda dengan bentuk lain dari kelainan dismorfia tubuh. Pasalnya, selain tidak puas dengan kondisi beberapa bagian tubuh, penderita dysmorphia otot juga tidak suka dengan bentuk tubuh mereka secara keseluruhan. Peneliti tersebut meliatkan 54 pria Boston, Masachussetts, AS. Satu kelompok terdiri dari atas 24 pria yang berlatih secara regular dan juga positif mengidap MD.
Sedangkan, kelompok kedua terdiri atas 30 pria berlatih secara regular tetapi tidak mengidap MD. Kemudian, responden diminta menjawab kuesioner tentang kebugaran dan penampilan tubuhnya. Kedua kelompok memiliki kualifikasi pendidikan, pekerjaan, dan pola latihan yang mirip. Responden yang memiliki MD mengakui bahwa dirinya kurang menarik secara fisik dan merasa kurang sehat dibandingkan rekannya.
Kecenderungan seperti ini dulu hanya terlihat pada wanita. Kelompok pertama juga lebih mementingkan penampilan daripada kelompok kedua. Mereka merasa kurang puas dengan bentuk tubuhnya terutama di area torso (pantat, pinggang, paha dan kaki), kondisi otot, dan berat badan.
Riset yang dipimpin oleh Dr. Precilla Choi dari Scholl of human Movement, Recreation dan Performance, Victoria University, Melbourne, Australia, ini diterbitkan oleh British Journal of Sports Medicine. Salah satu tulisan dalam jurnal tersebut menyebutkan, jika kebanyakan pria suka pergi ke gym untuk berlatih meningatkan otot, beberapa dari mereka mungkin berisiko menderita MD.
Disebutkan pula bahwa MD pada pria boleh jadi merupakan konsekuensi negatif dari kebiasaan latihan fisik, khususnya latihan angkat beban. Langkah pencegahan dan terapi menjadi pertanyaan penting bagi para peneliti dan praktisi untuk terus menggalinya. []
REFERENSI: Adrian R. Nugraha, Exercise for your health