ADALAH ‘Amr bin Ash, didorong oleh semangat peraingan dengan kawannya, Khalid.
Umar tahu akan ada efek samping dari penaklukan ‘Amr. Maka Amirul Mukminin mengutus seseorang membawa surat untuknya. Tapi ‘Amr juga tahu bahwa isi surat itu tidak akan menguntungkan dirinya, maka berbekal pesan Umar sebelumnya, “Jika nanti ada suratku memintamu mundur sebelum memasuki Mesir, mundurlah. Jika kamu sudah memasuki Mesir sebelum menerima suratku, teruskanlah.” Maka, ‘Amr bin Ash baru membuka surat itu setelah memasuki al Arisy pada Desember 639 M.
BACA JUGA: Nasihat Nabi kepada Abdullah bin Amr bin Ash
Adalah Cyrus penguasa Mesir saat itu, mewakili otoritas Kaisar Heraklius di Byzantium. Berhadapan dengan pasukan Islam yang bersemangat. ‘Amr memberi tiga pilihan klasik khas Islam ketika pasukannya mengepung benteng tempat Cyrus berada: 1) masuk Islam, 2) membayar jizyah, atau 3) diperangi.
Cyrus terbiasa dengan pengkastaan yang diciptakan oleh Byzantium kaget karena utusan yang didatangkan kepadanya adalah seorang berkulit hitam bernama Ubadah bin Shamit.
Setelah menerima kedatangan Ubadah, dia memilih untuk membayar jizyah.
BACA JUGA: Dibalik Pemecatan Khalid Bin Walid (Bagian-1)
Cyrus, dari atas bentengnya menyaksikan kenyataan pasukan Islam yang mengepungnya itu, dia berkata, “Kita melihat orang-orang yang lebih menyukai kematian daripada kehidupan, sangat bersahaja, dan sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan dunia. Mereka duduk di atas tanah, dan makan dengan bertelekan. Pemimpin mereka tidak ada bedanya dengan yang lain; orang rendahan tidak bisa dibedakan dengan petinggi; begitu juga antara tuan dan budaknya. Dan ketika tiba waktu salat, tidak ada seorang pun yang mangkir, semuanya nembasuh ujung-ujung tubuhnya dan melaksanakan ritual itu dengan khidmat.” []
@hdgumilang | founder @tapajsejarahislam