كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan” [QS al-‘Ankabût/29:57]
HIDUP di dunia ini hanyalah sementara. Setiap yang bernyawa pasti akan bertemu dengan ajalnya.
Soal kematian, tak dapat dipungkiri bahwa ketika ada kerabat dekat yang terlebih dahulu kembali kepada Allah, tak sedikit di antara kita yang menangisi kepergiannya. Seolah tak percaya dengan apa yang terjadi.
Lalu, apakah hal itu diperbolehkan?
Menangisi mayit atau seseorang yang sudah meninggal itu diperbolehkan. Akan tetapi, hal yang tidak boleh kita lakukan adalah meratapinya. Masudnya, berlebihan dalam menangis, tak rela dengan keputusan Allah SWT.
BACA JUGA: Jenazahnya Dalam Keadaan Basah, Ternyata Sahabat Rasul Ini Dimandikan Malaikat
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya mayit disiksa karena tangisan orang yang masih hidup,” (Diriwayatkan Al-Bukhari).
Rasulullah SAW juga bersabda, “Barangsiapa diratapi, ia disiksa sesuai karena diratapi,” (Diriwayatkan Muslim).
Rasulullah SAW membaiat para wanita untuk tidak meratap. Ini dikatakan Ummu Athiyyah RA seperti disebutkan dalam hadis shahih.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku lepas tangan dari wanita yang berteriak-teriak ketika mendapatkan musibah, wanita yang mencukur rambutnya ketika mendapatkan musibah, dan wanita yang merobek-robek kainnya ketika mendapatkan musibah,” (Diriwayatkan Al-Bukhari).
Adapun menangis, maka diperbolehkan. Sebab, Rasulullah SAW bersabda ketika anaknya, Ibrahim meninggal dunia, beliau bersabda, “Sesungguhnya mata mengeluarkan airmata, hati sedih, kita tidak berkata kecuali apa yang diridhai Tuhan kita, dan kita semua amat sedih dengan kematianmu, hai Ibrahim,” (Diriwayatkan Al-Bukhari).
BACA JUGA: Tak Mau Shalat saat Hidup, Jenazah Perempuan Ini Terlihat Mengerikan
Rasulullah SAW menangis karena kematian Umamah cucunya dari Zainab. Ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, engkau menangis, bukankah engkau pernah melarang kami menangis?”
Rasulullah SAW bersabda, “Ini kasihsayang yang dimasukkan Allah ke hati hamba-hamba-Nya, dan sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang,” (Diriwayatkan Al-Bukhari). []
Sumber: Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim/Karya: Abu Bakr Jabir Al-Jazairi/Penerbit: Darul Falah