Oleh : Ence Surahman,S.Pd
SESUNGGUHNYA ini adalah pertanyaan muhasabah, pertanyaan untuk diri tentang puasa atau shaum, yang mana kalau menurut Imam Algojali, ternyata kualitas puasa atau shaum kita itu dibedakan menjadi tiga tingkatan, yang pertama shaumnya orang yang awam, kedua shaum yang khowas dan yang ketiga shaumnya khowasil khowas.
Dikatakan bahwa orang yang shaumnya shaum awam, maka ia tidak akan mendapatkan pahala puasa melainkan lapar dan dahaga. Maka tentu kita tidak ingin berada pada level tersebut, minimal kita masuk pada level shaum yang khowas, yakni shaum yang tidak hanya menahan lapar dan dahaga namun juga mampu menahan diri dari hal-hal yang bisa memnghapuskan pahala puasa.
Nah, bagaimana caranya agar kita bisa tahu kualitas shaum kita? orang-orang yang shaumnya khowas itu, ia akan fokus pada amalan-amalan shaum bukan pada hal-hal yang lainnya, berbeda dengan shaumnya orang awam, yang ia pikirkan bukan pada kualitas amalan shaumnya namun ia disibukan dengan pikiran ingin segera selesai puasa, jangankan ibadah sunat yang wajibnya pun tidak diperhatikan.
Orang yang shaumnya awam ia tidak tergiur dengan janji Allah dari pahala ibadah yang disediakan dibulan ramadhan seperti shalat taraweh, memberbanyak dzikir, memperbanyak tilawah qur’an, mengikuti pengajian-pengajian, tolabul ilmi. Tapi mereka disibukan pada pikiran buka dengan apa? Sahur dengan apa? Nanti mau pakai baju yang bagaimana ketika shalat idul fitri, orang lain sibuk ‘itikaf ini ini sibuk jalan-jalan ke mall untuk milih baju, orang lain sibuk mengkhawatirkan kualitas puasanya ia sibuk nyari duit khawatir gak bisa liburan setelah syawal.
Nah, bagaimana dengan diri kita? Semoga kita tergolong orang-orang yang sedih ketika ramadhan berakhir, khawatir dosa-dosanya belum diampuni, khawatir tidak bertemu lagi dengan puasa tahun depan, dan khawatis ia tidak lulus seleksi menjadi pribadi mutaqqin. Wallahu’alam. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.Â