SEBELUM Muhammad bin Abdullah lahir dan diutus menjadi nabi dan rasul, ada salah seorang Kisra Persia yang adil bijaksana.
Suatu hari Kisra berburu di hutan belantara. Karena asyiknya mengejar buruan, sang Raja terpisah dari pasukannya, padahal saat itu hujan mulai turun. Ia melihat sebuah gubuk sederhana dan minta izin berteduh.
Penghuni gubuk itu, seorang wanita tua dan anak gadisnya tidak mengenal sang raja karena saat itu Kisra tidak memakai pakaian kebesarannya.
BACA JUGA: Raja yang Pernah Dijual
Di salah satu sudut gubuk itu ada seekor lembu, sang gadis memerah susunya dan memperoleh hasil yang melimpah untuk menjamu tamunya tersebut.
Kisra minum dan ia langsung merasakan kesegarannya. Melihat keadaan itu, terbersit dalam hatinya untuk menerapkan aturan pemungutan pajak bagi pemilik lembu. Pajak itu akan menjadi sumber pemasukan yang besar bagi kerajaan.
Ketika malam hari, sang gadis akan memerah susu lembu seperti biasanya. Tapi apa yang terjadi? Ia tidak mendapatkan setetes pun susu lembu.
Mendapati ini ia berkata pada sang ibu, “Wahai ibu, sepertinya raja mempunyai niat jahat terhadap rakyatnya!!”
Ibunya menjawab, “Mengapa engkau berkata demikian?”
“Karena lembu ini tidak mengeluarkan susunya walau hanya setetes!”
“Sabarlah, ini masih malam, nanti menjelang subuh, cobalah lagi untuk memerahnya!”
Kisra yang tengah beristirahat di atas tumpukan jerami itu dengan jelas mendengar pembicaraan ibu dan anak tersebut. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Begitu besarkah pengaruhnya dari apa yang aku putuskan?”
Ia berkutat dengan pikirannya sendiri, dan akhirnya membatalkan keinginannya untuk menarik pajak bagi pemilik lembu, yang kehidupan mereka umumnya sangat sederhana.
Menjelang subuh, sang gadis mencoba memerah susu lembunya, dan ia memperoleh hasil yang melimpah seperti sebelumnya. Maka ia berseru, “Wahai ibu, rupanya niat jahat sang raja telah hilang, lembu ini telah mengeluarkan susunya lagi!”
Sang ibu mengucap syukur, begitu juga dengan Kisra yang ikut mendengarnya.
Saudaraku yang baik hati, mari merenung sejenak mengenai kisah ini. Kebijakan dzalim seorang pemimpin terasa mencekik leher rakyat meskipun belum dilaksanakan.
BACA JUGA: Raja dari Semua Hari
Bagaimana dengan kebijakan yang sudah digulirkan?
Kesaksian ibu yang tinggal bersama anak gadisnya di sebuah gubuk, biarlah jadi pelajaran bagi kita.
Sungguh, sang ibu sudah merasakan negara ketika dipimpin pemimpin dzalim dan merasakan saat pemimpinnya adil bijaksana.
Mari kita simak kesaksian ibu tua tersebut, “Kami telah tinggal puluhan tahun lamanya di tengah hutan itu. Jika raja yang memerintah berlaku adil dan baik, maka bumi kami ini subur, kehidupan kami luas dan lapang, serta ternak kami banyak menghasilkan.”
“Tetapi jika raja yang memerintah berlaku kejam dan buruk,” lanjut ibu tua, “maka bumi kami ini kering, tanah dan ternak-ternak kami tidak menghasilkan apa-apa, sehingga kehidupan kami menjadi sempit.”
Pemimpin adil ternyata bisa membawa kesejahteraan bagi rakyatnya.
Ah, ini hanyalah kisah Kisra raja Persia penyembah api. Tapi semoga ada pelajaran yang bisa kita petik.
Apa pelajarannya?
Ah, pembaca lebih tahu jawabannya.
[]