“Aku telah membunuh hampir semua orang, laki-laki dan perempuan, tua dan muda … Kami membunuh 23.884 orang Turki dan Bulgaria tanpa menghitung mereka yang kami bakar di rumahnya atau yang kepalanya langsung dipenggal oleh tentara kami…”
MUNGKIN selama ini kita hanya mengenal Drakula sebagai sosok yang ada dalam khayalan atau mitos belaka. Namun Drakula sebenarnya memang ada. Ia bahkan menjadi sosok sentral dalam pembantaian umat Muslim di negeri Eropa Timur.
Berbicara soal Drakula, maka kita akan berbicara soal Radu. Siapa Radu? Lahir di Kerajaan Ottoman Wallachia, Rumania pada sekitar tahun 1435, ia dikenal sebagai Radu III-lea al frumos cel di kalangan bangsa Rumania, Yakışıklı Radu Bey di Turki, Radu al-Wasim dalam bahasa Arab, dan Radu yang Tampan dalam bahasa Inggris.
Yang mengejutkan ia merupakan teman masa kecil Sultan Mehmet II dan berperan penting dalam penaklukan Konstantinopel oleh Islam.
BACA JUGA: Muhammad Al Fatih dan Hagia Sophia
Partisipasi Radu dalam penaklukan ini membuat Mehmet II dikenal sejarah sebagai “Fatih,” atau “Sang Penakluk.” Radu adalah senjata rahasia Utsmani terhadap Safawi di Timur dan Serbia, Rumania dan Hongaria ke Barat. Dunia Islam berutang banyak padanya, namun mereka mencatat sedikit sekali referensi tentang. Ini mungkin karena takut akan sorotan Sultan Mehmet. Bizantium mencatat Radu sebagai lalim yang dicerca karena kebencian mereka terhadap fakta bahwa Radu masuk Islam dan mempnyai peran penting dalam mengakhiri Kekaisaran Bizantium.
Namun, Jenderal Ottoman ini memiliki sejarah sendiri akan sebuah perang besar, perang melawan kegelapan. Dia memburu vampir jadi-jadian manusia, Vlad III al-lea Tepes, juga dikenal sebagai Vlad Drăculea, karena seringnya dia meminum darah manusia. Karakter Profesor Abraham Van Helsing tidak lebih dari sekadar isapan jempol dari imajinasi mengerikan Bram Stoker, tapi Sultan Mehmet II dan Radu cel frumos mungkin yang pertama dan satu-satunya yang benar soal si pemburu “vampire” dalam sejarah.
Saudara Sedarah
Melihat kembali sejarah, pengabdian Radu untuk Islam dan Sultan Mehmet II bisa dilacak dengan aliansi politik ayah masing-masing. Vlad II dari House of Drăculeşti (“House of the Dragon”) adalah sekutu dan bawahan ayah Sultan Mehmet, Sultan Murad II. Vlad II memiliki 4 anak: Mircea II, Vlad IV Călugărul (“Monk”), Vlad III yang kemudian hari dikenal sebagai Drakula, Radu dan III cel frumos (“Si Tampan”).
Sebagai tanda persatuan dengan Sultan, Vlad II menawarkan anak-anaknya, Drakula dan Radu, untuk melayani Sultan Ottoman. Di bawah Yenicheri mereka mempelajari Al Qur’an, Arab, Turki, Persia, Teologi Islam dan fikih, dan—ini yang paling penting—strategi militer dan taktik perang a la Turki.
Pasukan khusus Ottoman yang memegang status yang lebih tinggi baik secara militer maupun sosial daripada pangkat dan jabatan hanya Yenicheri dan Sipahis. Para Janissari adalah pasukan infanteri elit militer Ottoman serta pengawal pribadi Sultan dan keluarganya. Sedangkan para Sipahis adalah kavaleri elit yang terus-menerus mengelili Sultan dalam setiap pertempuran dan akan dikirim untuk berurusan dengan musuh yang paling alot. Mereka adalah komandan.
BACA JUGA: Dracula, Siapa Sebenarnya?
Sejak masih muda, Drakula terus menyalahgunakan apapun yang diberikan padanya. Ia juga memberontak terhadap tentaranya sendiri, dan hal inilah yang membuatnya terus keluar masuk penjara dengan sering. Disinyalir, ini awal mula dendam Drakula. Drakula membenci ayahnya karena bersekutu dengan Turki, dan ia menilai hal itu sebagai pengkhianatan terhadap Orde Naga dimana ayahnya telah bersumpah untuk setiap. Orde Naga—dalam bahasa Inggris Order of the Dragon—adalah persaudaraan Kristen yang satu-satu tujuannya adalah untuk menghapus Islam dari Balkan selamanya. Drakula membenci Radu karena keberhasilan dan mendukung Turki yang dipercayakan kepadanya.
Dia dipenuhi dengan kecemburuan kepada Mehmet II muda, yang sama sepertinya, merupakan seorang pangeran, tapi, tidak sama dengan dengannya dalam soal hidup dalam kemegahan. Dia juga cemburu kepada saudaranya Mircea dan Vlad the Monk karena mereka berdua dianggap sebagai preferensi ayahnya belaka. Namun, rasa sentimennya terhadap Mircea berada dalam kecemburuan dan kekaguman sekaligus. Dari Mircea pulalah Drakula muda belajar taktik teror paling bengis dalam sejarah; menciptakan hutan untuk orang mati.
Radu tetap setia Islam dan Sultan dan menghabiskan seluruh hidupnya dalam pertempuran di perbatasan Kekaisaran Ottoman. Ia menundukkan para musuh kekaisaran yang paling sulit. Bakat perangnya sangat alami dan tak tertandingi bahkan di antara para Yenicheri dan Sipahis.
Penaklukan Konstantinopel
“Pada hari ketiga setelah jatuhnya kota kami, Sultan merayakan kemenangannya besar-besaran. Dia mengeluarkan proklamasi. Warga, semua umur, diperbolehkan untuk keluar ke tempat terbuka, karena mereka tetap bebas dan tidak ada interogasi apapun kepada mereka. Ia juga mengumumkan restorasi rumah dan properti untuk orang-orang yang telah meninggalkan kota kami sebelum pengepungan, jika mereka kembali ke rumah, mereka akan diperlakukan sesuai agama, seolah-olah tidak ada yang berubah, “(George Sphrantzes, 1401-1478 , Bizantium Kristen penulis sejarah dan saksi jatuhnya Konstantinopel).
Itulah gambaran sekilas ketika Konstantinopel ditaklukan. Sultan Mehmet II memasukki kota, bersama teman masa kecilnya dan sekaligus kepala Yenicheri, Radu cel frumos, putra Vlad II Duke Wallachia, namun di luar Byzantium, seorang musuh sengit mereka menunggu. Di antara mereka ada musuh yang paling ditakuti, Drakula, yang kebetulan merupakan saudara Radu sendiri.
Kebangkitan Drakula
Pengkhianatan adalah cara Wallachia yang paling tua dalam sejarah Islam. Dan dalam satu pengkhianatan singkat semacam itu, Vlad II diam-diam membiarkan anak-anaknya, Mircea dan Vlad IV, untuk memulai suatu pemberontakan.
Drakula muda melihat ini dan kemudian bergabung dalam pemberontakan Mircea melawan Ottoman serta klan Danesti yang didukung oleh panglima perang Hungaria, John Hunyadi. Pada akhirnya, Hunyadi menyerbu Ayah Drakula, membunuhnya di rawa-rawa Bălteni, sebelum dibutakan dan dikubur hidup-hidup di Mircea Târgovişte.
BACA JUGA: Muhammad Al Fatih Meninggal Digigit Vampir?
Hunyadi kemudian menunjuk Vladislav II sebagai Pangeran Danesti, dan mempunyai kekuasaan lebih daripada Wallachia. Dalam ambisinya dan nafsu kekuasaan, Drakula mengesampingkan setiap sentimen dendam akan ayahnya yang disembelih. Ia bekerja untuk Hunyadi sebagai penasihatnya. Ketika John Hunyadi pergi untuk menghadapi Turki di Belgrade di Serbia, Drakula menyerang dan membunuh Vladislav dan merebut tahta kekuasaan.
Satu wabah penyakit pecah di kamp Hunyadi itu, menginfeksi Vlad dan menyebabkan kematiannya. Sultan Mehmet terluka parah dalam pertempuran. Peristiwa ini menjadikan Drakula memerintah Wallachia selama 6 tahun. Itu satu-satunya saat ia memerintah rumahnya sendiri begitu lama. []
BERSAMBUNG KE: Bagaimana Kaum Muslimin Membunuh Drakula? Bagian-2