TERKADANG berbicara dapat menjadi jalan keluar dari suatu permasalahan, tetapi dalam kondisi tertentu tidak berbicara justru akan menjadi lebih efektif. Ketika ketegangan meningkat antara suami dan istri, salah satu keterampilan yang paling penting adalah mengambil waktu jeda.
Saat pertengkaran mulai terjadi, seorang suami biasanya harus mengambil inisiatif untuk berlalu meninggalkan pertengkaran itu. Karena hormon laki-laki didesain untuk ‘fight of fight‘, lari atau bertarung. Sedangkan perempuan, dalam keadaan tertekan hormonnya terdesain untuk lebih banyak bicara.
BACA JUGA:Â Saat Istri Menangis
Saat ketegangan mulai terbangun dan suara mulai meninggi, hal terbaik adalah menunda permbicaraan sampai kedua belah pihak sudah lebih baik dan tenang. Selama waktu jeda ini, yang perlu dilakukan oleh sorang suami adalah melakukan sesuat yang disenangi dan seorang istri perlu berbicara dengan seseorang selain pasangannya. Ini sangat penting. Kadang-kadang, saat suami berlalu dari pertengkaran, seorang istri akan terus membuntuti dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Situasi ini hanya akan memperburuk keadaan.
Untuk memulai waktu jeda yang perlu dilakukan oleh mereka, entah suami atau istri cukup menyatakan kalimat yang sopan dan tidak pedas, kemudian berhenti bicara dan berlalu. Tinggalkan ruanganm sehingga otomatis ketegangan akan mereda.
Bagi sebagian besar istri, mengambil waktu jeda adalah hal yang sulit dilakukan karena sifat alami perempuan yang suka berbicara saat dalam kondisi tertekan.
BACA JUGA:Â Agar Para Suami Mengerti
Bagi sebagian perempuan, berbicara umumnya memang berguna untuk mengurangi tekanan, namun hal ini tidak berlaku bagi laki-laki. Dalam dunia perempuan, berlalu begitu saja ditengah percakapan merupakan sesuatu yang dianggap melanggar aturan, dapat membuat tersinggung dan marah.
Sementara bagi sebagian besar suami, mengambil waktu jeda dengan meninggalkan pertengkaran justru sebenarnya untuk melindungi pasangannya dari serangan yang mungkin akan lebih menyakitkan yang muncul dari dalam diri mereka, yang terkadang muncul dalam bentuk serangan fisik, seperti memukul, menampar, menendang dan lain-alin. []
SUMBER: PAKCAH