KATA Istiqomah adalah kata yang sering sekali kita dengar. Namun banyak juga yang belum mengetahui makna dari istiqomah itu sendiri. Istiqomah artinya adalah lurus, tegak , teguh pada pendirian tau dalam bahasa bakunya konsisten.
Allah berfirman dalam salah satu ayat Al-Quran yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka dengan berkata, ‘janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS Fussilat: 30)
Bagaimana kah caranya agar kita bisa istiqamah pada jalan yang lurus?
BACA JUGA: Keutamaan Istiqomah
Syafiq Al-Balji rahimahullah berkata bahwa ada empat cara untuk istiqamah, yaitu :
1. Tidak meninggalkan perintah Allah karena sedang mengalami musibah.
Allah Ta’ala berfirman, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5-6).
Kita harus selalu ingat bahwa banyak sekali hikmah yang bisa diambil dari sebuah musibah, yaitu:
– Musibah itu adalah ujian, untuk mengetahui sejauh mana kita dapat bersabar.
– Untuk membersihkan hati manusia dan supaya lepas dari sifat-sifat buruk, karena ketika musibah datang, maka kesombongan, ujub, hasad berubah menjadi ketundukan kepada Allah.
– Untuk meningkatkan keimanan seorang mukmin.
– Dengan adanya musibah, kita jadi semangat berdoa dengan ikhlas.
– Musibah itu untuk membangunkan seseorang yang sedang lalai.
2. Tidak meninggalkan perintah Allah karena kesibukan dunia.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW pernah menceritakan tentang shalat pada suatu hari di mana beliau bersabda, “Siapa yang menjaga shalat, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan kelak. Nantinya di hari kiamat, ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab Ash-Shalah wa Hukmu Taarikihaa (hlm. 37-38) mengenai hadits di atas,
• Siapa yang sibuk dengan hartanya sehingga melalaikan shalatnya, maka ia akan dikumpulkan bersama Qarun.
• Siapa yang sibuk dengan kerajaannya sehingga melalaikan shalatnya, maka ia akan dikumpulkan bersama Fir’aun.
• Siapa yang sibuk dengan kekuasaannya sehingga melalaikan shalat, maka ia akan dikumpulkan bersama Haman (menterinya Fir’aun).
• Siapa yang sibuk dengan perdagangannya sehingga melalaikan shalat, maka ia akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf.
3. Tidak mengikuti komentar orang lain dan mengedepankan hawa nafsu sendiri
Dalam hadits disebutkan, “Barangsiapa yang mencari ridha Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridha manusia namun Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia.” (HR. Tirmidzi)
BACA JUGA: Istiqomah di atas Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala
4. Beramal sesuai Al-Quran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr: 7).
Dalam hadits Al-‘Irbadh bin Sariyah disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hati-hatilah dengan perkara baru dalam agama. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud). []
REDAKTUR : LARAS SETIANI