ADA broadcast menarik yang mampir ke handphone saya. Saya merasa senang membacanya, dan saya merasa penting untuk menukilnya di sini. Semoga bisa jadi bahan renungan positif untuk hidup lebih baik, lebih bermakna, lebih shaleh, lebih berpahala, lebih mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka.
Ada seorang pedagang tahu. Setiap hari ia menjual dagangannya ke pasar. Untuk sampai ke pasar, ia harus naik angkot langganannya. Dan untuk sampai ke jalan raya, ia harus melewati pematang sawah. Setiap selepas shalat subuh, dan pada shalat fardhu yang lain ia selalu berdoa kepada Allah agar dagangannya laris.
Ia pun sebelum berangkat ke rumah dengan teguh berdoa mohon keselamatan dan, “Ya Allah, larikanlah daganganku hari ini!” Aamiin. Dengan mata terpejam. Begitulah setiap hari, sebelum berangkat berdoa terlebih dahulu dan pulang sore hari. Dagangannya selalu laris manis.
Suatu hari, ketika ia melewati sawah menuju jalan raya untuk naik angkot langganannya, entah kenapa tiba-tiba ia terpeleset jatuh, dan ia kecemplung sawah yang berada tepat di samping pintu angkot. Semua dagangannya jatuh ke sawah, hancur berantakan.
“Wah, gawat. Celaka ini. Hari ini jangankan mengharap untung, modal pun buntung,” gerutunya sembari menatap angkot langganannya yang pergi meninggalkan ia dan musibah padanya. Karena mengikuti permintaan penumpang lain yang memiliki tujuan yang harus segera ditempuh.
Mulailah ia mengeluh kepada Allah. Bahkan nada “menyalahkan” Zat Yang Mengkaruniakan rezeki kepadanya mulai menguasai pikirannya. Lisannya pun ikut menyatakan, “Kenapa aku diberi cobaan seperti ini? Padahal aku shalat dan selalu berdoa kepada-Mu?”
Akhirnya ia pun pulang penuh kekesalan. Pakaian kotor dan dagangan tahu yang rusak tetap ia bawa sekedar bukti kepada anak dan istrinya. Terlebih ia sedih karena tidak jadi berdagang. Sedih karena untung tak ada, modal pun hilang. Kesal. Hari yang sial, gerutunya.
Tapi dua jam kemudian ia mendengar kabar, bahwa angkot langganannya yang setiap hari ia naiki, yang semestinya pagi itu pun membawanya ke pasar untuk berjualan tahu jatuh ke dalam jurang. Semua penumpangnya tewas. Hanya ia satu-satunya calon penumpang yang selamat. Iya gara-gara dagangan tahunya jatuh ke sawah, sehingga ia tidak jadi berdagang dan membawa pulang tahu-tahunya yang sudah remek tadi.
Istighfar dan syukur bercampur merasuk dalam sanubarinya, juga terucap tulus dari lisannya. “Ya Allah, ampunkanlah aku. Aku tidak tahu, Engkau Maha Mengetahui,” serunya pendek. Istrinya mengiringi ucapan syukur panjang atas keselamatan sang suami.
Sorenya ada seorang peternak bebek mencari dia dan hendak membeli tahu untuk makanan bebek. Namun anehnya peternak bebek itu mencari tahu yang hancur karena hanya untuk campuran makanan bebek. Spontan sang pedagang tahu itu menangis bahagia karena tahunya yang remek dibeli semua oleh peternak bebek itu.
Dengan harga yang hampir sama, tanpa harus ia menunggu hingga sore hari berjualan. Juga peternak bebek itu menjadi langganan siap membeli tahu-tahu yang rusak, bahkan yang lama karena tidak laku dan tidak layak dimakan.
***
Benar, Allah Maha Tahu kebutuhan kita, dibandingkan diri kita sendiri. Anugerah ciptaan-Nya adalah yang terbaik untuk kita. Terkadang apa yang ada pada diri kita sering lebih merasa kurang, melihat orang lain sering lebih indah. Buat iri, buat tidak nyaman. Bentuk, warna, yang melekat pada Anda, sungguh adalah yang terbaik bagi Anda.
Anda dengan keberadaan Anda saat ini adalah demikian yang semestinya, demikian yang terbaik. Jika ditukar dengan yang lain, maka tidak tepat, menjadi tidak indah. Ingat setiap orang memiliki keindahan, keunikan, kelebihan, yang beda dan tidak sama dengan yang lain. Karena hikmah menawan dan terbaik yang Dia siapkan.
Karena itu indah bila baik sangka dikedepankan. Pasrahkan diri kepada Allah. Yakini sepenuh iman Dia Maha Baik dan Dia Maha Bijaksana, dan Anda tinggal jalani hidup sehebat Anda. Hidupkan selalu Persepsi positif kepada-Nya, dan rasakan indah akhir hikmah-Nya. Demikian indahnya karena husnudhan kepada-Nya adalah ibadah. “Berbaik sangka terhadap Allah termasuk ibadah yang baik.” (HR. Abu Daud)
Terlebih, sejatinya Allah bergantung dengan prasangka kita kepada-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah swt berfirman, “Aku bergantu perasangka hamba-Ku kepada-Ku.” (HR Bukhari). Anda adalah bergantung dengan yang Anda pikirkan.
Demikianlah, ternyata, untuk membuat sesuatu menjadi positif atau negatif sangatlah mudah. Salah satunya dengan mengubah persepsi kita. Mengubah persepsi bisa mengubah energi positif atau sebaliknya, bisa mengarahkan bahagia atau sebaliknya, bisa menghantarkan kebaikan atau sebaliknya.
Apabila salah persepsi maka dengan mudah menjadi salah, dan tindakannya pun ikut salah. Padahal, tentu Anda tahu, bila tindakannya tidak tepat atau salah, maka hasilnya ya salah juga. Mudahnya, persepsi yang baik terhadap Allah, kepada karunia yang ada pada kita, pada anugerah yang Anda lihat pada tubuh Anda, jika kita pandang dengan segenap kebaikan dan mensyukurinya, maka haqul yaqin kebaikan dan kebahagiaan niscaya hadir untuk Anda.
Perhatikan doa yang diajarkan Rasulullah saw saat kita bercermin, “Allahumma kama hasanta khalqi, fahassin khuluqi, Ya Allah sebagaimana engkau indahkan ciptaan-Mu, maka indahkan akhlakku.” (HR. Trimidzi). Iya, merupakan doa pujian kepada-Nya, doa positif, mengandung energi kebaikan, dan prasangka atau Persepsi memberikan pujian kepada-Nya. Maka dengan rajin berdoa tersebut, niscaya akhlak kita baik, sehingga mudah diterima oleh sekitar kita, dan kita dapat hidup bahagia. Buat apa fisik rupawan, tapi akhlak berantakan dan niscaya orang-orang memilih berjauhan.
Maka berbahagialah karena Allah mengukur kita berdasarkan amal ibadah kita, bukan dari bentuk, warna kulit, hidung, kita. “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk, tubuh, tetapi melihat hati kalian.” (HR Muslim).
Jika Anda ingin bahagia, maka terimalah dengan ikhlas sepenuh hati bentuk tubuh yang diciptakan Allah untuk Anda, apa pun warna kulit, rambut Anda, dan apa yang ada di sekitar Anda sebagai anugerah dari-Nya. Bahkan, kalau ingin meneladani para guru sufi yang zuhud, indah mereka mengajarkan kita, “Semestinya Anda senantiasa tetap bahagia menerima sesedikit apa pun yang Anda miliki dan rela dengan segala sesuatu yang tidak Anda miliki.”
Bahkan, semua Nabi dan Rasul Allah adalah pernah menjadi penggembala kambing. Dan, meskipun mereka termasuk manusia-manusia pilihan Allah dan sebaik-baik manusia, pekerjaan mereka pun tak jauh beda dengan manusia pada umumnya.
Nabi Daud adalah seorang tukang besi, Nabi Zakaria seorang tukang kayu, dan Nabi Idris seorang tukang jahit. Kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang pilihan. Ini mengisyaratkan bahwa harga diri Anda ditentukan oleh kemampuan, amal shaleh, manfaat, dan akhlak Anda. Karena itu, janganlah Anda bersedih dengan wajah yang kurang cantik, harta yang tak banyak, anak yang sedikit, dan rumah yang tak megah! Singkatnya, terimalah setiap pembagian Allah dengan penuh kerelaan hati. Allah swt berfirman, “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (az-Zukhruf : 32).
Karena itu, bila Anda ingin sesuatu, Anda mendamba sesuatu, lihatlah diri Anda, Anda anugerah Allah dan Anda pilihan-Nya. Allah swt mengingatkan kita, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang manusia tidak mengetahui.” (al-Baqarah [2] : 216)
Maka setiap takdir Allah itu diterima baik takdir yang kita rasakan senang di dalamnya atau yang kita rasakan susah di dalamnya. Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di atas menyatakan, bahwa tentang menyukai padahal tidak baik, dan sebaliknya tidak menyukai padahal baik adalah berlaku untuk semua perkara. Boleh jadi kita menyukai sesuatu, padahal tidak ada kebaikan dan maslahat sama sekali di dalamnya.
Demikian sebaliknya.
Imam Ibnu Katsir melanjutkan, Allah yang mengetahui akhir sesuatu dari perkara kita. Allah yang mengabarkan nantinya mana yang maslahat untuk dunia dan akhirat kita. Maka lakukan dan patuhlah pada perintah-Nya, niscaya kita akan mendapatkan petunjuk indah dari-Nya.
Terkadang banyak orang atau bahkan diri kita yang tidak mampu melihat dirinya dengan benar. Berbagai potensi nyata atau yang tersembunyi yang Allah ciptakan dalam dirinya tidak mampu ia lihat dengan jelas, apalagi menggunakannya. Bahkan tidak jarang yang lebih mengenal orang lain daripada dirinya sendiri. Itulah sebabnya banyak yang berpikir bahwa hidup ini tidak berarti apa-apa dengan yang ada pada dirinya.
Coba renungkan, mungkinkah Allah menciptakan kita dengan luar bisa, dengan anggota tubuh, pikiran, hati, dan kehidupan yang dipersembahkan-Nya tapi berdampak pada sia-sia? Tentu tidak. Pasti ada tujuan dan hikmah mulia yang ada. Kita tinggal menggali segala anugerah dan potensi yang melekat pada diri kita.
Yakinlah, jika mampu mengenal, menggali, dan menggunakannya, maka menjadi luar biasa, sukses dan bahagia luar biasa.
Ada orang yang dapat membuat setiap hal terasa berat dan sengsara. Ada juga orang yang mampu membuat setiap hal menjadi sumber kebahagiaan. Hidup ini adalah seni bagaimana membuat sesuatu. Dan seni harus dipelajari serta ditekuni. Maka sangatlah baik bila Anda memilih berusaha keras dan penuh kesungguhan mau belajar tentang bagaimana menghasilkan bunga-bunga, semerbak harum wewangian, dan kecintaan di dalam hidupnya.
Daripada memilih menjadi orang yang terus menguras tenaga dan waktunya hanya untuk “kecewa” dengan yang ada pada dirinya dengan tanpa mau mengenal, mengelola, dan menggunakannya.
Karena itu, berbahagialah bila Anda memang seorang muslim yang beriman kepada Allah, para rasul-Nya. Jangan bersedih, Allah yang menciptakan Anda, Dia yang menguasai semuanya, Dia mencintai Anda. Atas dasar itu, sebaiknya Anda berusaha untuk senantiasa gembira dan berlapang dada.
Jangan lupa memohon kepada Allah agar selalu diberi kehidupan yang baik dan diridhai, kejernihan hati, dan kelapangan pikiran, serta dapat menggunakan anugerah dengan sebaiknya. Allah adalah satu-satunya Zat yang pantas kita mohon agar melapangkan hati kita dengan cahaya iman, menunjukkan hati kepada jalan-Nya yang lurus, dan menyelamatkan kita kehidupan yang susah dan menyesakkan. Berbahagialah, karena hidup Anda adalah anugerah. []
FOLLOW IG UST ATIK FIKRI ILYAS, LC., MA.