BAHAGIA kala berbagi, dua kisah kedermawanan.
Ibnu Mas’ud RA menuturkan Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah diantara kalian yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada harta sendiri?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, setiap orang diantara kami pasti lebih mencintai hartanya sendiri daripada harta ahli warisnya.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya hartanya adalah apa-apa yang ada didepan dan harta ahli warisnya adalah apa-apa yang ada di belakang.” HR Al-Bukhari.
Bahagia Kala Berbagi, Kisah: Abdullah Ibnu Jafar RA
Abdullah Ibnu Jafar RA meriwayatkan bahwa pada suatu hari ia keluar menuju perkebunan. Iya berteduh di perkebunan kurma milik suatu kaum. Di perkebunan itu ada seorang budak hitam yang sedang bekerja. Tiba-tiba budak itu mendatangi makanannya.
Lalu seekor anjing masuk ke perkebunan itu. Anjing itu mendekat kepada budak tersebut. Budak itu pun melemparkan makanan pertamanya untuk anjing itu. Dengan lahap anjing itu menghabiskan makanan itu kemudian budak itu melemparkan makanan kedua dan makanan ketiganya dan anjing itu pun melahap makanan dengan cepat.
Sementara di sisi lain, Abdullah Ibnu Jafar terus memperhatikan budak itu. Ia bertanya, “Hai anak muda, berapa makananmu setiap hari?”
“Saya tidak tahu” jawabnya.
BACA JUGA:Â Belajar Kedermawanan dari Utsman bin Affan (2-Habis)
Ia kembali bertanya, “Lalu kenapa kamu memberikan makanan tersebut kepada anjing itu?”
Budak itu menjawab, “Anjing ini bukan termasuk salah satu anjing-anjing yang menjaga kebun kami. Anjing ini milik tetanggaku yang jauh disana. Anjing ini datang kepadaku dalam keadaan lapar dan memelas, maka saya tidak tega untuk mengusirnya. Akhirnya saya berikan makanan untuknya.”
Ia bertanya, “Terus hari ini kamu makan apa?”
Budak itu menjawab, “Saya akan menahan lapar seharian ini karena Allah SWT.”
Maka Abdullah Ibnu Jafar berkata, “Budak ini lebih dermawan daripada aku.” Akhirnya Abdullah Ibnu Jafar membeli kebun tersebut beserta budeg itu dan semua pohon kurma, serta pepohonan yang ada di kebun itu.
Kemudian ia membebaskan budak itu dan menghadiahkannya perkebunan untuknya karena ketulusan hati si budak yang telah memberikan makanannya kepada anjing itu.
BACA JUGA:Â Kedermawanan Nabi Lebih Cepat Ketimbang Angin yang Berembus
Bahagia Kala Berbagi, Kisah: Al Hasan bin Ali
Seorang laki-laki yang menanyakan sesuatu kepada Al Hasan bin Ali. Kemudian orang itu memberikan uang sebanyak 500.000 dirham dan 500 Dinar. Orang itu berkata, “Saya akan mendatangkan kulit yang akan membawakan uang itu untukmu dan saya akan memberikan pakaian panjang untuk kuli itu. Karena para kuli itu lebih mulia daripada Hartaku.”
Dalam syair disebutkan:
Berhati-hatilah!
Wahai masa kenapa ada kekeliruan
Saya merana karena kedermawanan telah hilang
Demikianlah salah satu kebiasaan buruk zaman
Orang-orang Darmawan meninggal sementara kemiskinan terus berjalan
Dalam syair disebutkan:
Jika dunia datang kepadamu maka tangkaplah
Selamanya manusia itu akan berubah-ubah sikapnya
Tidak ada kedermawanan yang dapat menghancurkan dunia saat dunia itu datang
Dan tidak ada keberhasilan yang dapat menangkal kan dunia jika dunia itu memang harus pergi
Kedermawanan itu ada empat macam, yaitu: kedermawanan jiwa, kedermawanan ruh, kedermawanan hati, dan kedermawanan harta.
Kedermawanan jiwa bagi para hamba adalah kerelaan mereka untuk mengorbankan jiwa demi meraih petunjuk Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam firmannya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan kami, bener-bener akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.” (QS: Al-Ankabut: 69)
Kedermawanan roh bagi para pejuang adalah rela mengorbankan nyawa demi meraih kehidupan yang kekal. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah SWT itu mati bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS Ali Imron: 169)
Kedermawanan orang-orang Arif adalah kesediaan mengorbankan hati demi mencapai ma’rifat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT, “Yaitu pada hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah SWT dengan hati yang bersih.” (QS Asyura: 88-89)
Kedermawanan hati bagi para zahid adalah kesediaan mengorbankan kehidupan dunia dan memilih kehidupan akhirat. Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT, “Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS Al-Qasas: 83) []
Sumber : Buku: Nasihat Langit untuk Maslahat di Bumi, Oleh: Syekh Abdul Hamid Al-Anquri (Ulama Abad ke-8)