FILIPINA—Presiden Filipina Rodrigo Duterte dikabarkan telah menyampaikan rasa prihatinnya kepada Muslim Rohingya. Dalam sebuah pernyataan, Duterte menyinggung soal perang anti-narkoba yang dijalankannya, namun seakan tak memedulikan kesedihan Muslim Rohingya di Myanmar.
Menurut laporan Anadolu pada Sabtu (9/9/2017), Presiden Duterte juga menekankan bahwa Aung San Suu Kyi, penerima Nobel Perdamaian telah gagal menyelesaikan krisis Rohingya, yang mengakibatkan seribu warga minoritas Muslim ini tewas.
“Lihat apa yang terjadi di Myanmar. Dia (Aung San Suu Kyi) adalah pemenang Nobel,” ujar Duterte dalam upacara penutupan Konferensi Bisnis di Cagayan de Oro City, Filipina, seperti dikutip oleh Inquirer Online.
Duterte berkata, meski saat ini sedang menjadi pusat perhatian dunia, kelompok pembela HAM belum melontarkan kritik mereka kepada Suu Kyi atas kegagalannya menyelesaikan krisis di Myanmar, di mana Muslim Rohingya “dibunuh secara brutal”.
Meski, berlawanan dengan pernyataan Duterte, Human Rights Watch (HRW) telah menyatakan sikap soal krisis Rohingya dan meminta PBB untuk mengadakan rapat darurat.
HRW juga ingin PBB memberi peringatan kepada Myanmar akan kemungkinan penjatuhan sanksi kecuali mereka berhenti melakukan kebrutalan kepada komunitas Rohingya.
Duterte menambahkan dalam pidatonya, hanya Beijing dan Moskow yang menghormati keputusan dalam negeri Filipina soal perang melawan narkoba dan tidak mengkritik kebijakannya menghabisi pelaku kejahatan narkoba di Manila.
HRW, dalam pernyataan pers di hari Sabtu, meminta PBB melakukan penyelidikan terhadap perang narkoba Duterte, terkait dengan tewasnya seorang remaja di tangan polisi baru-baru ini. “Eksekusi ekstra-yudisial oleh kepolisian Filipina terhadap dua remaja dalam jangka waktu tiga hari, menunjukkan betapa pentingnya teguran PBB kepada Presiden Duterte dan program ‘perang melawan narkoba’ yang kini dianggap telah disalahgunakan. []