Oleh: Syukri Yandi
Universitas Indonesia
syukriyandi8@gmail.com
ADA suatu kisah menarik yang dicontohkan oleh orang di sebaik baik zaman, yaitu kisah para sahabat. Kisah antara Umar bin khattab, Huzaifah bin al Yaman serta Ali bin Abi Thalib. diriwayatkan dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia bertemu Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu ‘anhu.
Umar bertanya, “Bagaimana dirimu, wahai Hudzaifah?”
Hudzaifah menjawab, “Aku mencintai fitnah, membenci kebenaran, shalat tanpa wudhu, dan di bumi ini aku memiliki sesuatu yang tidak Allah miliki di langit.”
Umar marah besar. Dia mendatangi Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Ali bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, ada bekas marah di wajahmu.” Umar lalu menceritakan ucapan Hudzaifah. Ali berkata, “Dia benar, wahai Amirul Mukminin. Dia mencintai fitnah, maksudnya anak-anak dan wanita. Dia membenci kebenaran, yakni kematian. Dia shalat tanpa wudhu, maksudnya ia bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam setiap waktu tanpa wudhu. Dia memiliki sesuatu di bumi yang tidak dimiliki oleh Allah di langit, yakni beristri dan beranak, sementara Allah tidak beristri dan beranak.”
Umar berkata, “Kamu benar dan baik, wahai Abu Hasan. Kamu telah menghilangkan apa yang ada di hatiku kepada Hudzaifah.”
Seperti itulah mereka para orang yang bijaksana, seorang huzaidfah tidak berebohong kepada umar bin khattab, meskipun hanya sekedar becanda.
Tapi sekarang coba kita lihat, betapa banyak orang dengan mudahnya berbohong, meski mereka bercanda ataupun tidak. Seakan akan mereka tidak tahu, bahwa lisan itu sangat harus dijaga, dengan lisan seseorang dihormati, dengan lisan mungkin seseorang akan dihina.
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).
Seperti yang dijelaskan hadits di atas, bahwa lisan salah satu kunci dari seseorang mendapatkan suatu rumah di syurga. Dengan menjaga lisa agar tidak menyakiti lawan ketika sedang debat atau diskusi maka dijamin sebauh istana di tepi syurga, dengan tidak berbohong dan tetap jujur di segala kondisi, serius maupun becanda maka akan dibuatkan istana di bagian tengahnya. Serta istana bagian atas untuk orang yang senang memperbaiki akhlaknya, dan bukankah salah satu komponen akhlak adalah lisan itu sendiri.
Walaupun begitu, islam hanya membolehkan 3 jenis berbohong saja. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Syihab, “Aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, “Peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga).” (HR. Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605, lafazh Muslim).
“Sebuah kebohongan itu seperti bola salju,semakin jauh Anda gelindingkan, ia menjadi semakin besar,“ Marthin Luther. []