TIDUR adalah kebutuhan pokok yang penting untuk kesehatan mental dan fisik anak. Namun, semakin bertambahnya usia anak, ia semakin sulit tidur. American Academy of Pediatrics memperkirakan bahwa masalah tidur memengaruhi 25-50 persen anak-anak dan 40 persen remaja.
Begadang menjadi salah satu kebiasaan buruk yang dilakukan anak dan remaja. Walaupun terkadang alasannya akibat belum mengantuk, mengerjakan tugas, atau sedang menyaksikan video di media sosial, begadang bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan perkembangan anak.
BACA JUGA: Beri Nama yang Baik untuk Anak, Ini 4 Aturannya
Maka dari itu, Anda perlu menyampaikan pada anak manfaat pola tidur yang sehat dan dampak yang terjadi jika sering begadang.
Kekurangan tidur dapat berdampak pada perkembangan anak, menurut sebuah studi baru yang dipresentasikan di Konferensi dan Pameran Nasional American Academy of Pediatrics (AAP) 2019 di New Orleans.
Peneliti membandingkan anak yang kurang tidur dengan anak yang cukup tidur. 48 persen anak-anak yang cukup tidur memiliki kemungkinan 44 persen lebih tinggi untuk menunjukkan rasa ingin tahu dalam mempelajari informasi dan keterampilan baru.
Peneliti menambahkan, anak yang cukup tidur juga 33 persen lebih mungkin untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah mereka, dan 28 persen lebih mungkin untuk peduli tentang prestasi terbaik di sekolah
Sering begadang hingga tidak cukup tidur setiap malam dapat berdampak negatif bagi anak. Ini tidak selalu bisa digantikan dengan waktu tidur tambahan di malam berikutnya. Seiring waktu, kurang tidur setiap malam dapat menyebabkan berbagai gangguan gejala perilaku, kognitif (mental), dan emosional.
Berikut beberapa efek negatif dari sering begadang pada anak yang dilansir dari healthline.com:
1 Membuat anak lebih mudah jatuh sakit
Bahaya kurang tidur lebih dari sekadar kinerja akademis, kata para ahli.
Salah satu alasannya, kurang tidur ditambah dengan paparan kuman yang lebih besar di sekolah membuat anak lebih mudah jatuh sakit.
“Kesehatan fisik anak dapat mulai terpukul ketika ia mengurangi istirahat malam yang dibutuhkan,” ujar Sujay Kansagra, MD, direktur program pengobatan tidur neurologi pediatrik Universitas Duke di North Carolina, dengan wawancaranya bersama Healthline.
2 Perkembangan fungsi mental yang terganggu
Kurang tidur juga menjadi masalah pada perkembangan remaja.
“Kaum muda, terutama remaja, masih mengembangkan lobus frontal dan keterampilan membuat keputusan, tetapi ketika masalah kurang tidur semakin terganggu, maka lobus frontalnya paling terganggu,” kata Kansagra.
Kansagra juga menambahkan bahwa hal ini dapat menyebabkan fungsi mental menjadi lebih mirip dengan orang mabuk, di mana proses pengambilan keputusan tertunda dan terganggu, perhatian dipersingkat, dan fungsi memori menurun.
3 Memiliki lebih banyak masalah terkait kecemasan dan suasana hati
Selain itu, efeknya bisa lebih dari sekadar kehilangan memori.
“Anak-anak yang kurang tidur memiliki lebih banyak masalah perilaku, lebih banyak masalah akademis, lebih banyak masalah kesehatan, lebih banyak perilaku pengambilan risiko, dan lebih banyak masalah terkait kecemasan dan suasana hati,” ujar Lynelle Schneeberg, PsyD, asisten profesor di Yale School of Medicine dan direktur perilaku program tidur di Connecticut Children’s Medical Cente.
Selain itu, Schneeberg juga menambahkan,anak yang kurang tidur lebih berisiko terhadap teror tidur, mimpi buruk, berjalan dalam tidur, dan bahkan mengompol.
4 Meningkatkan risiko terkena penyakit yang berbahaya
Selain itu, Jessica Brown, DO, MPH, ahli obat tidur anak bersertifikat. di Our Lady of the Lake Children’s Health di Louisiana juga mengatakan jika terlalu sedikit tidur dapat meningkatkan risiko anak untuk mengalami masalah kesehatan, seperti obesitas, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, detak jantung tidak teratur, dan diabetes.
5 Berisiko melukai diri sendiri hingga risiko bunuh diri
Namun, mungkin risiko yang paling harus diperhatikan adalah hubungan remaja yang begadang dengan melukai diri sendiri dan risiko bunuh diri.
Hal inipun disampaikan oleh Susan Malone, PhD, MSN, seorang ilmuwan peneliti senior di NYU Rory Meyers College of Nursing di New York. Ia menyoroti hasil penelitian 2018 di jurnal JAMA Pediatrics yang memperingatkan risiko kurang dari 8 jam tidur pada risiko melukai diri remaja.
“Hubungan terkuat adalah antara suasana hati dan melukai diri sendiri, sehingga siswa sekolah menengah yang tidur kurang dari 6 jam lebih dari tiga kali lebih mungkin melaporkan mempertimbangkan untuk bunuh diri, membuat rencana percobaan bunuh diri, atau mencoba bunuh diri daripada siswa sekolah menengah yang tidur 8 jam. atau lebih, ”kata Malone.
BACA JUGA: Menanamkan Karakter Ikhlas pada Anak
Ia pun juga menambahkan bahwa siswa sekolah menengah yang tidur kurang dari 6 jam lebih dari empat kali lebih mungkin melaporkan percobaan bunuh diri.
Banyak faktor yang membuat anak sulit tidur, namun di era teknologi saat ini media sosial bisa memengaruhi waktu tidur anak, khususnya di malam hari. []