DALAM literatur Islam dijelaskan, bahwa tertawa yang benar adalah tertawa yang tidak didorong oleh sikap mencela terhadap pihak lain, mencemooh atau melukai perasaan. Juga tidak dibarengi dengan perkataan dusta dan kebohongan karena sekedar ingin mengundang tawa mereka.
Dari beberapa hadist dapat disimpulkan, bahwa sepanjang hidupnya Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam hanyalah tersenyum manis, tetapi mungkin sesekali beliau tertawa kecil.
Dalam hadist Abdullah bin Abbas r.a, menjelaskan “Bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling indah tertawanya,” (HR. Ahmad).
Dan hadist dari Jabir bin Samurah radhiyallahu‘anhu menjelaskan “bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak diam dan sedikit tertawa,” (HR. Ahmad)
Sedangkan di dalam ilmu kedokteran dijelaskan “Waspadai Cidera Pada Rahang Karena Tertawa Terbahak-Bahak”
Rahang adalah struktur tulang yang berada di sekitar mulut dan gigi, di mana tulang tersebut akan bergerak naik dan turun di saat melakukan gerakan mengunyah.
Bagian teratas dari rahang disebut rahang atas dan bagian terbawah disebut rahang bawah, hanya rahang bagian bawah saja yang dapat berpindah atau bergeser. Kedua bagian rahang tersebut saling dihubungkan dengan engsel di dalam tengkorak. Engsel ini terletak di depan telinga dan merupakan sambungan otot yang kuat dari rahang tengkorak.
Keretakan atau bergesernya rahang merupakan cedera yang biasa terjadi. Bergesernya rahang dapat diartikan bahwa rahang bawah telah bergeser dari posisi awalnya (posisi normal) dan bisa terjadi hanya pada salah satu engsel saja atau dialami oleh kedua engsel tersebut (kiri dan kanan). Sedangkan patah atau retak pada rahang dapat diartikan bahwa terdapat keretakan atau patah pada tulang rahang.
Maka sebab itu, tertawalah sewajarnya dan jangan sampai terbahak-bahak. Karena panutan kita Rosulullah SAW saja tidak tertawa terbahak-bahak. []
Sumber: katakanislam.com