ALLAH SWT menciptakan seluruh alam semesta ini secara berpasang-pasangan. Ada siang dan malam, terang dan gelap, wanita dan pria, neraka dan surga, dan hal lain yang semisal dengan itu. Begitu pula dengan suatu tempat, yakni alam akhirat dan dunia.
Kini kita hidup di alam dunia. Orang yang merasakan dunia tentu berbeda, ada yang merasa nyaman, ada pula yang tidak. Semua itu tergantung seperti apa mereka menganggap dan menikmati dunia ini. Hanya saja, ia harus mengingat satu hal, yakni akhirat, alam selanjutnya yang akan dirasakannya setelah tiba kematian.
Jika di dunia ini orang yang merasakan ketidak nyamanan hidup di dunia dirasakan oleh orang yang baik, karena banyaknya ujian yang mereka peroleh, lain halnya dengan akhirat. Di sana, orang-orang yang kini berpaling kepada Allah, merasakan kenyamanan hidup di dunia dengan harta benda yang dimiliki, akan merasakan pedihnya hidup di akhirat.
Hanya saja, semua orang akan merasakan ketidak nyamanan di akhirat kelak karena tidak akan ada teman hidup, seperti seorang kekasih yang akan mendampinginya. Bahkan, orang yang paling dikasihi itu tidak akan mengenalnya.
Al-Faqih berkata: Khalil bin Ahmad memberitahukan kepada kami, di mana ia berkata: Yahya bin Muhammad bin Sha’id memberitahukan kepada kami, di mana ia berkata: Muhammad bin Mashur Ath-Thusi menceritakan kepada kami, di mana ia berkata: Yahya bin Ishaq Ash-Shalih memberitahukan kepada kami, di mana ia berkata: Ahmad bin Lahi’ah menceritakan kepada kami yang berasal dari Khalid bin Imran dari Al-Qasim bin Muhammad dari Aisyah RA, di mana ia berkata, “Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah seorang kekasih akan ingat pada orang yang dikasihinya nanti pada hari kiamat?’”
Rasulullah SAW menjawab, “Tidak akan ingat dalam tiga situasi. Ketika penimbangan amal, baik ringan maupun berat; ketika pemberian lembaran catatan amal, baik diberikan di sebelah kiri maupun di sebelah kanan; dan ketika batang leher dikeluarkan dari api neraka, lalu melingkari mereka seraya berkata, ‘Aku diserahi (untuk menerkam) tiga golongan, yaitu: orang yang berdoa kepada Allah dengan disertai sesembahan lain, setiap orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, dan setiap orang yang tidak beriman dengan adanya hari perhitungan (hari kiamat).’ Kemudian batang leher itu menerkam mereka, lalu melemparkan ke neraka Jahannam tempat siksaan. Pada neraka Jahannam itu ada suatu titian yang lebih kecil daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang, di situ ada ranjau-ranjau dan duri, sedangkan manusia ada yang melewatinya seperti kilat yang menyambar, ada yang seperti angin yang bertiup, maka ada yang selamat sejahtera, ada yang jatuh tersungkur dan mukanya terbanting ke dalam neraka.”
Itulah gambaran kiamat yang diceritakan oleh Rasulullah SAW. Di mana kehidupan yang ternyata lebih tidak nyaman daripada hidup di dunia. Jika kini kita merasa berat hidup di dunia, apalagi di akhirat? Tantangannya lebih berat daripada ujian yang diberikan oleh Allah di dunia ini. Lalu, masihkah kita mengeluh terhadap ujian yang diberikan Allah? Maka, apa yang akan menjadi keistimewaan kita untuk nanti di akhirat kelak, jika kali ini saja Anda sudah tidak mensyukuri nikmat dari Allah? Siapa yang akan menolong? Bahkan, kekasih yang paling mengasihi Anda sekali pun tidak akan mengenali Anda di akhirat kelak. []
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin Peringatan bagi Orang-orang yang Lupa 1/Karya: Abu Laits as Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang