Oleh: Ummu Zayta
zayta2010@gmail.com
BIDUK rumah tangga bisa menjadi hal yang paling indah atau sebaliknya. Ketika manis, terasa bahagia. Tapi bila sedang pahit, rasanya menjadi orang yang paling menderita.
Katanya hidup berumahtangga adalah kehidupan yang sebenarnya. Permasalahan lebih kompleks dibanding hidup dikala sendirian. Bagaimana tidak, menyatukan dua orang yang berbeda, adat, kebiasaan, sifat atau yang lainnya tak semudah yang dibayangkan.
Belum lagi harus menyatukan dua keluarga besar yang berbeda latar belakang. Setelah ada keturunan, harus menghadapi beragam watak anak-anaknya.
BACA JUGA: Kau Akan dikenang Sebagai Apa?
Ada pasangan yang suaminya serba cukup dan berada tapi dominan terhadap istrinya, semuanya serba didikte. Ada pasangan yang suaminya serba kurang, tapi tidak banyak cincong, malah istrinya yang buruk perangai. Atau ada suami istri sudah mendekati sempurna, tapi anak yang menjadi ujiannya.
Semua tak lepas dari ujian tergantung bagaimana menyikapinya.
Bahtera rumah tangga ingin dibawa kemana itu adalah pilihan manusia. Menyatukan yang berserak atau memutuskan yang sudah bersatu juga pilihan manusia.
Kehidupan rumah tangga itu tidak bisa lepas dari konsep rizki. Sedangkan rizki tidak bisa lepas dari masalah takdir. Pasangan, keturunan, ekonomi, akhlak orang sekitar itu adalah rizki. Maka Allah hanya perintahkan untuk bisa mensyukurinya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sungguh azab-Ku sangat pedih.”(QS. Ibrahim: 7)
Allah katakan bahwa kau mau memilih bersyukur kemudian Dia tambahkan nikmatNya atau kufur nikmat kemudian Dia mencabut nikmatNya darimu?
Tugas manusia hanya menyiapkan kapal terbaik dengan tidak melubangi dengan berbagai maksiat. Bisa dibayangkan bila seseorang berlayar sementara bahtera yang digunakan sudah bocor?
Hanya saja bila telah memilih jalan yang terbaik tapi Allah berkehendak lain maka hal itu pasti jalan terbaik dariNya. Karena Allah tidak pernah berbuat zhalim kepada setiap hambaNya. Hamba hanya bisa melihat apa hikmah dibalik sesuatu.
Bila kita merenungkan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir, maka tersirat pelajaran di balik kisah yang Allah abadikan dalam surat Al-Kahfi ini. Tiga perbuatan Nabi Khidir yang selalu dikomplain oleh Nabi Musa. Padahal Allah sendiri sudah membocorkan ilmu kepada Nabi Khidir yang tidak diberikan kepada Nabi Musa.
Bagaimana Nabi Musa bisa bersabar ketika melihat Nabi Khidir melakukan perbuatan yang dipandangnya salah. Yakni melubangi kapal rakyat jelata, membunuh anak kecil serta membangun rumah penduduk yang bakhil yang tidak disukai Musa ‘alaihi salam.
BACA JUGA: Lakukan Maksiat; Pilihan Atau Takdir?
Namun siapa yang tahu ternyata di balik melubangi kapal Allah ingin menyelematkan si pemilik kapal dari Raja yang zhalim yang ingin merampas kapal yang masih bagus.
Siapa yang menyangka bahwa di balik membunuh anak kecil itu Allah ingin menyelamatkan orang tuanya yang sholih dari anak yang akan memurtadkan mereka setelah ia dewasa. Termasuk di balik membangun rumah anak yatim ternyata Allah ingin menyiapkan kehidupan yang terbaik buat orang yang sholih.
Jika pada masa Nabi, Allah bisa langsung membocorkan hikmahNya, bagaimana dengan saat ini? Kita hanya bisa membuktikan hikmah itu setelah kita mengalaminya sendiri bukan?
Sebenarnya apa yang kita tahu terhadap rahasia hidup ini? Tak ada. Yang kita tahu adalah bagaimana cara berbuat sesuai dengan koridor aturanNya serta mengupayakan diri selalu ridho dengan setiap qadhaNya. []