SEBAGAI orangtua kita wajib memberikan makanan yang baik dan halal kepada anak-anak kita. Pasalnya makanan yang kita berikan sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. Maka hati-hati, memberi makanan yang syubhat bahkan haram sama artinya dengan membiarkan anak-anak kita berperilaku buruk dan kasar.
Pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz melihat hamba sahayanya sedang mengantri di tempat pengambilan susu rakyat miskin.
“Mengapa engkau di sini?” tanya Umar
“Maaf Khalifah, saya sedang mengambilkan susu untuk istrimu. Beliau sedang ngidam ingin meminum susu.”
BACA JUGA: Akibat Suka Makan Makanan Haram
Umar bin Abdul Aziz segera menemui istrinya. “Sayang, mengapa ia kau perintahkan untuk mengambil susu jatah orang miskin? Demi Allah, seandainya janin kita tidak mau makan kecuali makanan jatah rakyat, aku tidak akan memberikannya.”
Fatimah mengerti apa yang dikatakan suaminya. Ia pun mendukung pendirian teguh itu. Bahwa keluarga mereka adalah keluarga yang menjaga diri dari mengambil hak orang lain, juga menjauhi harta dan makanan yang syubhat.
Ketika anaknya sudah lahir, dan menginjak usia kanak-kanak, Umar bin Abdul Aziz melihatnya memakan sebuah apel.
Betapa terkejutnya Umar bin Abdul Aziz, ternyata apel itu adalah milik perkebunan warga dan sang anak tidak mendapatkan izin untuk memakannya.
Umar bin Abdul Aziz lalu menghentikan anaknya yang sedang makan, bahkan beberapa gigitan apel yang masuk ke mulut sang anak dikeluarkannya dengan paksa.
Ia tak ingin ada makanan haram atau makanan syubhat masuk ke perut keturunannya.
BACA JUGA: Berdasarkan Cara Memperolehnya, Inilah 3 Tips Hindari Makanan Haram
Demikianlah keteguhan prinsip Umar bin Abdul Aziz. Dia adalah khalifah yang zuhud dan wara’. Sekaligus orangtua yang menanamkan prinsip Islam pada anaknya sejak dini. Karena apa yang dimakan oleh seorang anak, sesungguhnya berpengaruh kepada akhlak dan kepribadianya.
Maka jika anak telah didoakan menjadi shalih, telah dididik dengan ilmu agama yang baik, tetapi masih jauh dari akhlak mulia, maka hal pertama yang perlu diperiksa adalah makanannya.
Apakah ia dibesarkan dengan makanan halal atau dibesarkan dengan makanan syubhat dan haram.
Saat anak hanya mengonsumsi makanan yang halal, ia akan mudah diajak dan diarahkan kepada hal-hal yang halal.
Namun jika anak terbiasa mengonsumsi makanan haram, ia pun lebih tertarik kepada hal-hal yang haram. []