Oleh: Widya
Founder Komunitas Muslimah Menjahit
“Dari 11.000 perkawinan yang terdaftar di KUA (Kantor Urusan Agama) se-Kabupaten Sumedang dalam setahun, sekitar 3.000 perkawinan berakhir dengan perceraian,” kata Ma’mun, Selasa 20 November 2018.
Tidak hanya di kabupaten Sumedang, meningkatnya angka perceraian juga kian merebak di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu pemicunya ialah dimana pendapatan istri lebih besar dari pendapatan suami. Bahkan bukan suatu pemandangan langka bahwa hari ini banyak istri bekerja dan suami menganggur.
BACA JUGA: Benarkah Isteri yang Minta Cerai Tidak akan Mencium Wangi Surga?
Adegan tukar peran pun terjadi. Para istri, ibu yang fitrahnya lemah lembut berubah menjadi sosok maskulin. Begitupun sebaliknya. Lahirlah istilah suami-suami takut istri.
Kalau sudah demikian siapakah yang harus dipersalahkan?
Bagaimana dengan ‘Balance for better’ yang digaungkan menjadi tema IWD 2019?
Apakah benar-benar better?
Perempuan tetaplah perempuan. Sekuat apapun ia, fitrahnya ialah diberi. Sehebat apapun karirnya di luar sana, fitrahnya tetap di dalam rumah. Membersamai anak dan suami dengan hati penuh kasih, sayang dan cinta.
Seandainya para ibu menyadari, Masya Allah luar biasa yang akan ibu rumah tangga dapatkan kelak bila menjalankan fitrahnya sesuai keinginan Sang Pencipta. Mungkin hasilnya tidak akan nampak hari ini juga, saat ini juga. Mungkin hasil dari pekerjaan ini tidak nampak dalam bentuk struk gaji.
Namun para ibu harus tahu bahwa hasil dari pekerjaan kita sebagai ibu yang benar menurut Allah ialah suksesnya suami kita. Bukankah ada yang mengatakan dibalik laki-laki hebat ada perempuan hebat disana. Penghargaan itu ialah milikmu wahai para ibu.
Bukankah di balik anak-anak yang shalih shalihah ada kesabaran ibu dalam mendidik mereka. Ada teladan ibu dalam setiap pengasuhannya. Para ibulah yang berada di balik layar, pendorong kebaikan suami dan anak-anaknya.
Memang benar, letih, capek, pegal-pegal semua tak jauh dari yang dirasakan ibu rumah tangga, menjadi ibu rumah tangga sangatlah susah dan cukup menguras tenaga.
Tapi lihatlah Allah memuji para istri yang tinggal di rumah.
“Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).
Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas bahwa janganlah wanita keluar rumah kecuali ada hajat seperti ingin menunaikan shalat di masjid selama memenuhi syarat-syaratnya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 182).
Lihatlah pula Allah hendak melindungi para istri dari gangguan syaitan.
Disebutkan dalam hadits dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1685 dan Tirmidzi no. 1173. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Allah janjikan surga bagi para wanita shalihah.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bertutur,
BACA JUGA; Baru 20 Menit Menikah, Istri Gugat Cerai Suami, Ini Alasannya
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. (HR. Ahmad dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany).
Bagaimana ‘Balance for better’ untuk kita sebagai muslimah?
Ini adalah kisah saya sebagai founder komunitas muslimah menjahit.
Setelah menikah dan punya anak, saya merasa bahwa waktu saya tak lagi fleksibel untuk bekerja hingga larut malam seperti yang sebelumnya dilakukan. Saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Untuk mengisi waktu senggang, saya mencoba mengajak para ibu-ibu tetangga rumah untuk mau belajar menjahit di rumah. Awalnya hanya 1-3 orang. Seiring berjalannya waktu peserta kursus jahit saya pun bertambah banyak. Semakin banyak dan akhirnya jadilah sebuah komunitas.
Dari komunitas ini lalu, saya mendapatkan order untuk digarap bersama. Member yang lain pun berkesempatan untuk menjadi mentor sesuai bidang keahliannya. 2 pekan sekali kami mengadakan event, ajang berkumpul dan berbagi ilmu sembari berjualan, saling memperkenalkan produknya.
Di komunitas ini tidak hanya diajarkan skill menjahit saja. Tapi juga dibekali wawasan keislaman untuk membentuk kami menjadi muslimah yang baik. Harapannya tentu tidak lain adalah untuk kami tetap menjadi ibu rumah tangga yang baik namun tetap bisa berkarya dan berkiprah di masyarakat.
Saat ini member komunitas muslimah menjahit tidak lagi hanya ibu rumah tangga tapi juga, para mahasiswi, siswi SMP dan SMA yang ingin bersama-sama menjadi muslimah yang beriman-berilmu-beramal shalih dan berkarya.
This is ‘balance for better’ to me.. Wallahu’alam..
How yours? []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.