SELAMA berjuang menegakkan Islam, Rasulullah SAW senantiasa didampingi para sahabatnya yang siap membantu Beliau, kapanpun dan dimanapun. Maka tidak heran jika Rasulullah SAW merasa bahagia dan mengistimewakan keberadaan mereka. ‘Abdullah Ibnu Mas’ud ra mengatakan,
“Sesungguhnya Allah memperhatikan hati para hamba-Nya. Allah mendapati hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hati yang paling baik, sehingga Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba-Nya setelah hati Muhammad. Allah mendapati hati para sahabat beliau adalah hati yang paling baik. Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka sebagai para pendukung Nabi-Nya yang berperang demi membela agama-Nya. Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi Allah.” (HR. Ahmad).
Karenanya, sebagai seorang Muslim wajib hukumnya untuk menghormati dan meneladani para sahabat sebagai tanda cinta kita kepada Rasulullan SAW. Adapun bagi mereka yang mendustakan keberadaan para sahabat berarti sama dengan tidak menaati Rasulullah SAW. Izzuddin Yusuf Al-Mushili mengisahkan:
Dulu kami punya teman, namanya Asy-Syams Ibnul Hasyisyi, dia biasa mencela Abu Bakar ra dan Umar bin Khattab ra, bahkan ia berlebihan dalam hal tersebut.
Maka kukatakan kepadanya: “Ya Syams, sungguh buruk bila kamu mencela mereka, apalagi kamu sudah tua! Apa urusanmu dengan mereka, mereka sudah tiada sejak 700 tahun, dan Allah berfirman (yang artinya): ‘Itulah umat yang telah lalu!”.
Tapi jawaban dia: “Demi Allah, demi Allah, Abu Bakar, Umar, dan Utsman benar-benar di Neraka!”
Dia mengatakan itu di depan khalayak ramai, sehingga berdiri bulu kudukku, maka kuangkat tanganku ke langit, dan kukatakan: “Ya Allah, Dzat penakluk seluruh hamba-Nya, wahai Dzat yang tiada sesuatupun yang samar bagi-Nya, aku memohon kepada-Mu… bila ‘pria’ ini berada di atas kebenaran, maka turunkanlah kepadaku tanda kekuasaan-Mu. Sebaliknya, apabila dia dzholim (dalam tindakannya), maka turunkanlah kepadanya sesuatu yang bisa menjadikan mereka tahu secepatnya, bahwa dia dalam kebatilan.”
Maka, dua matanya membengkak hingga hampir saja keluar, badannya menghitam hingga seperti aspal dan membengkak, dan keluar dari tenggorokannya sesuatu yang dapat mematikan burung.
Lalu dia dibawa ke rumahnya, tapi tidak sampai tiga hari dia mati, dan tidak ada seorangpun yang bisa memandikannya, karena perubahan yang terjadi pada badan dan kedua matanya. Lalu dia dikuburkan -semoga Allah tidak merahmatinya-… Kisah ini benar adanya, dan terjadi pada tahun 710 H)).
[Kitab Dzail Tarikhil Islam, Karya Imam As-Sakhowi Asy-Syafi’i (w 902 H), hal: 117]
Sumber: http://kisahmuslim.com/4237-balasan-mengerikan-bagi-pencela-sahabat-nabi.html