JAKARTA—Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kabalitbang Kemendikbud) Ir. Totok Suprayitno tidak menampik kebijakan terkait OSIS juga merupakan salah satu pintu masuknya Radikalisme di Sekolah.
Hal tersebut, berdasarkan penelitian dari MAARIF Institute for Culture and Humanity yang dirilis melalui Seminar Diseminasi Hasil Penelitian yang mengangkat tema “Penguatan Kebijakan Ekstrakurikuler dalam Meredam Radikalisme di Sekolah”.
“Oleh karena itu, kita perlu mulai mendesain dan mempraktikan anak-anak untuk diajari toleransi antar etnis, agama bahasa dan sebagainya. Sehingga mereka dapat berkolaborasi dengan anak lain yang berbeda,” katanya kepada Islampos.com di Jakarta Pusat, Sabtu (27/1) lalu.
Totok mengungkapkan, selama ini cara yang digunakan masih selalu mengedepankan sisi akademik dari siswa. Definisi anak hebat dinilai hanya yang menjadi juara olimpiade, juara matematika dan lain-lain
“Padahal ada anak yang disatu sisi rasa empatinya luar biasa dengan orang lain kelebihannya diluar sisi akademik, namun tidak menjadi perhatian khusus karena hanya berpatok pada sisi akademisi,” cetusnya.
Dirinya juga tidak sependapat dengan cara menambah jam pelajaran anak-anak (Full Day School) menurutnya hal tersebut justru bukan menjawab persoalan.
“Selain itu sebagai orang tua, kita juga harus mengajarkan anak-anak kita sisi religius, tidak hanya dengan menghafal Ayat-Ayat Al Quran karena nilai moral dan akhlak juga penting,” pesannya. []
Reporter: Rhio