LAMPUNG SELATAN–Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PP Lidmi) melalui program Lidmi Peduli Tsunami Selat Sunda, memberikan santunan kepada Guru/ Tenaga pengajar korban tsunami di SDN 1 Kunjir dan SDN 2 Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (28/01/219).
Santunan diberikan kepada Guru yang kediamannya luluh lantak tak berbekas akibat terjangan gelombang air laut Desember 2018 silam.
BACA JUGA: SMAN 2 Purwakarta Serahkan Donasi untuk Korban Tsunami Anyer-Banten Rp. 7,5 Juta ke IslamposAid
“Ada beberapa Guru yang rumahnya rata dengan tanah. Mereka butuh bantuan untuk mengembalikan kehidupannya seperti semula,” ujar Rustam Hafid, relawan Lidmi Peduli.
Hal ini dibenarkan oleh Baharuddin selaku Kepala Sekolah SDN 1 Kunjir.
Kata dia, Silih berganti relawan masuk berkegiatan dalam Sekolah untuk melakukan kegiatan Trauma Healing kepada siswa sambil membagikan Paket Ceria berupa hadiah dan permainan menarik.
Namun menurut dia, Guru seharusnya diutamakan untuk diberikan santunan dan Trauma Healing.
“Belum ada relawan yang masuk menyantuni guru-guru yang juga menjadi korban. Padahal Guru adalah salah satu juru kunci berlangsungnya program pendidikan di sekolah,” ujar Dia.
“Alhamdulillah sudah ada adik-adik yang walaupun masih Mahasiswa, namun berusaha untuk membantu bapak dan ibu Guru disini,” kesannya.
Pasca Tsunami yang menerjang daerah Lampung Selatan Desember 2018 silam, beberapa Rumah penduduk dan fasilitas pemerintahan porak poranda akibat tsunami.
Diantara korbannya adalah fasilitas pendidikan berupa sekolah yang hingga sebulan pasca tsunami, ada beberapa satuan pendidikan yang terpaksa harus menggunakan bangunan sekolah lain untuk menampung siswanya.
BACA JUGA: ‘Tsunami’ PHK Ancam Perbankan RI
Diantaranya adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Kunjir yang terletak di Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Bandar Lampung.
Kini, sekolah itu harus menumpang di bawah atap SDN 1 Kunjir yang hanya mengalami kerusakan kecil akibat terjangan gelombang tsunami.
Asa untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar hidup kembali, setelah sang tuan rumah, SDN 1, memberikan jadwal Sekolah Siang kepada mereka. []