MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati seringkali dijuluki sebagai menteri yang sering berutang. Dia pun memberikan sentilan menohok kepada orang-orang yang sering menyebutnya sebagai Menkeu yang ngutang melulu.
Awalnya, dia menjelaskan selama ini untuk menangani dan mengantisipasi tantangan global Indonesia butuh dukungan keuangan yang besar. Tantangan perubahan iklim salah satunya.
Berbagai instrumen keuangan bisa digunakan untuk menangani masalah tersebut. Utang hanya salah satunya.
BACA JUGA:Â Sri Mulyani Beberkan Belanja Kantor Prabowo Tembus Rp 21,5 Triliun, Ini Rinciannya
“Kalau di ruangan ini Anda cuma bilang wah ini Bu Menteri Keuangan utang melulu, Anda udah ketinggalan kereta jauh banget! Karena sekarang itu we are taking about so many choices of instrument menghadapi tantangan yang makin kompleks,” ujar Sri Mulyani dalam paparannya di acara IDE Conference 2023, di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (20/7/2023).
Lebih lanjut, Sri Mulyani menjamin meskipun instrumen utang masih digunakan pemerintah, manajemennya tidak akan ugal-ugalan. “Utang itu tidak berarti kita kemudian slopy atau ugal-ugalan, oleh karena itu kita harus hati-hati sekali,” sebutnya.
Datanya, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2023 turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Posisi ULN Indonesia pada akhir Mei 2023 tercatat sebesar US$ 398,3 miliar atau Rp 5.974 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$ 1), turun dibandingkan ULN akhir April 2023 yang sebesar US$ 403,0 miliar.
BACA JUGA:Â Jusuf Hamka Sebut Mahfud Mau Lobi Sri Mulyani soal Utang Negara Rp 800 miliar
Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,7% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,3% (yoy). Kontraksi pertumbuhan ULN ini terutama bersumber dari penurunan ULN sektor swasta.
Dikutip dari keterangan tertulis Bank Indonesia, Senin (17/7/2023), posisi ULN pemerintah pada akhir Mei 2023 tercatat sebesar US$ 192,6 miliar, turun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 194,1 miliar, atau secara tahunan tumbuh 2,3% (yoy). []
SUMBER: DETIK