GAZA – Krisis listrik di Gaza, Palestina, mulai membuat para dokter di wilayah itu ketakutan. Sebab, jika listrik padam banyak bayi di rumah sakit bisa meninggal dalam hitungan detik.
Di Rumah Sakit al-Shifa—rumah sakit terbesar di Gaza—ada 50 bayi terbaring di 30 tempat tidur di unit perawatan intensif neonatal (NICU). Mereka bergantung pada ventilator untuk memperoleh oksigen.
Namun, ventilator itu bisa bekerja jika stok listrik mencukupi. Pemandangan di luar halaman rumah sakit tersebut mirip pabrik, di mana generator besar mengaum untuk mengubah bahan bakar menjadi listrik yang jadi andalan utama kelangsungan hidup banyak bayi di rumah sakit.
Kerja generator tersebut juga terancam karena cadangan bahan bakar di Gaza diperkirakan akan habis dalam sebulan.
”Sebagian besar bayi terhubung ke ventilasi mekanis. Jika listrik terputus, sebagian besar bayi ini akan meninggal dalam beberapa detik, kami tidak dapat mendukung mereka,” keluh Dr Allam Abu Hamida, Direktur NICU Rumah Sakit al-Shifa.
”Anda tahu,” ujar Abu Hamida menunjuk ke monitor yang menunjukkan tingkat oksigen yang disediakan. ”Oksigen seharusnya 90 dan di atasnya, tapi ini hanya 62,” ujarnya.
Separuh bayi di NICU rumah sakit tersebut lahir prematur. Ada yang beratnya hanya 700 atau 800 gram. Mereka semua adalah pasien kasus kritis. Beberapa di antaranya lahir dengan cacat bawaan, dan semuanya bergantung pada generator untuk membuat mereka tetap hidup.
Salah satu bayi berbaring berada di inkubator dengan kepalanya di bawah kap oksigen yang rusak. Alat itu merupakan sumbangan dari Jepang beberapa tahun lalu.
”Kami tidak memiliki suku cadang, jadi kami menempelkannya bersama-sama, rusak di mana-mana,” imbuh Abu Hamida, seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu (3/6/2017).
”Jika listrik terputus, bayi akan terkena hipotermia dan akan meninggal,” papar Abu Hamida.
Para dokter di Rumah Sakit al-Shifa tak bisa berbuat banyak. Saban hari mereka dan staf rumah sakit hanya secara teratur melakukan apa yang mereka bisa.
Di bawah pengepungan Israel dan Mesir, setiap rumah sakit di Gaza telah berjuang bertahun-tahun untuk beroperasi dengan kondisi kekurangan listrik yang parah. Namun, para dokter sekarang mengatakan bahwa situasinya mencapai titik akhir bagi pasien.
Krisis listrik ini memburuk sejak bulan lalu ketika satu-satunya pembangkit listrik di Gaza ditutup setelah kehabisan bahan bakar yang disediakan oleh Turki dan Qatar.
Otoritas Palestina yang didominasi para politisi Fatah memutuskan untuk berhenti membayar ke Israel untuk listrik yang disuplai ke Gaza setelah pimpinan Hamas yang berkuasa di Gaza mengatakan bahwa mereka tidak dapat lagi membayar pajak bahan bakar.
Jika masalah ini berlanjut, unit rumah sakit akan runtuh. Itu akan menjadi malapetaka.[]