KEAHLIAN dalam berbicara merupakan hal yang baik bagi seseorang. Sebab, dengan kemampuan berbicaranya, ia bisa menjadi seorang motivasi bagi orang lain. Ia pun bisa menghipnotis orang lain dengan kata-katanya, agar mereka mendengar kebenaran dan menerima kebenaran.
Hanya saja, tak semua orang yang ahli berbicara itu dapat berbicara yang baik. Ada pula orang yang menggunakan keahlian berbicaranya ini untuk membohongi orang lain. Sehingga, orang lain mudah terayu dengan kata-kata bohongnya. Bahkan, keahlian dalam membual dan berbicara bohong ini dijadikan sebagai sarana pencari rezeki.
Mencari rezeki atau memperoleh dunia dengan cara sesuai syariat bukanlah perbuatan aib. Contohnya, mencari penghidupan dengan mengajar, memberikan penjelasan kepada orang lain, atau berargumentasi, seperti profesi seorang pengacara, guru, dan lainnya yang memang mengandalkan kemampuan berbicara.
Namun, apabila seseorang mencari makan dengan lisannya, baik dengan cara menjilat orang lain, bersumpah palsu dalam jual-beli atau pun berbohong, maka perbuatannya itu sungguh tercela. Dan sayangnya, hal ini akan banyak terjadi di akhir zaman.
Suatu ketika, Umar ibn Sa’ad ibn Abi Waqqash punya keperluan dengan ayahnya, Sa’ad ibn Abi Waqqash. Ia lalu menyampaikannya kepada sang ayah lewat syair-syair berupa pujian dan sanjungan yang biasa disampaikan orang untuk meraih apa yang mereka inginkan. Sa’ad ibn Abi Waqqash belum pernah mendengar syair-syair seperti itu. Karenanya, ketika anaknya itu selesai bicara, Sa’ad bertanya, “Anakku, apa bicaramu sudah selesai?” Umar menjawab, “Ya, sudah.”
Sa’ad pun berkata, “Engkau tidak terlalu jauh dari apa yang engkau perlakukan. Aku sendiri tidak lebih zuhud darimu sejak aku mendengar apa yang engkau ucapkan tadi. Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Kelak akan ada suatu kaum yang mencari makan dengan lidah mereka, sebagaimana sapi makan dari tanah’,” (HR. Ahmad. Syaikh Al-Ana’uth menilai riwayat ini hasan).
Abdullah ibn Amr meriwayatkan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Di antara tanda semakin dekatnya Kiamat adalah diangkatnya orang-orang jahat, disingkarkannya orang-orang baik, kata-kata kotor mulai banyak diucapkan, amal dibagus-baguskan, dan kejelekan menyebar luas.”
Abdullah ibn Amr lalu bertanya, “Apa yang dimaksud dengan kejelekan?” Beliau menjawab, “Semua yang ditulis selain Al-Quran,” (HR. Ath-Thabrani. Menurut Al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawa’id, bahwa para penyampai riwayat ini adalah perawi hadis shahih). []
Referensi: Kiamat Sudah Dekat?/Karya: Dr. Muhammad Al-‘Areifi/Penerbit: Qisthi Press