SEKOLAHÂ yang membuat program bermutu, akan membuat kurikulum makan sebagai salah satu program sekolahnya. Mengapa disebut kurikulum makan? Sebab semua domain perkembangan anak bisa dibangun ketika makan. Makan di rumah dan sekolah sebaiknya bukan hanya membuat perut anak kenyang saja.
Namun, saat makan semua pengetahuan bisa guru berikan. Selain itu, saat makan masuk kurikulum, maka akan ada evaluasi atau penilaian pada setiap anak yang akan guru catat ketika kegiatan makan.
Jika makan masuk kurikulum, syarat pertama yang harus dilakukan sekolah adalah menyiapkan dapur, alat masak serta koki yang siap mendukung program ini bisa berjalan. Mengapa? Karena sekolah harus memasak makanannya sendiri tidak boleh membeli jadi dari catering atau rumah makan.
Kenapa harus masak sendiri? Sebab guru harus memastikan bahwa makanan yang akan di sajikan kepada murid murid halal dan thoyib. Jika membeli langsung dari catering, guru tidak bisa menjamin akan hal itu. Aah pasti halal kok kalau beli di restoran Islam. Ok bisa jadi halal, tapi bagaimana dengan thoyyib? Bersih barangnya dan bersih prosesnya.
BACA JUGA:Â Kecil-kecil Kok Sekolah, Belajar Apa?
Ketika makan guru akan menyampaikan materi ini pada anak. Bagaimana sayur, lauk, nasi dan buah itu diolah. Pengolahan makanan yang thoyyib akan sangat memperhatikan kandungan gizinya, koki harus menjaga kandungan gizi, vitamin, zat besi, mineral dan zat lain yang bermanfaat untuk tubuh tetap ada , bukan hanya sekedar enak rasanya.
Bayangkan, jika makanan sudah jadi. Guru mau memberikan materi apa?
Masih mau beli katering? Restoran semahal apapun belum dijamin ke thoyyiban makanan bisa dijaga. Kita tidak pernah tahu darimana makanan itu berasal dan bagaimana cara pengolahannya. Kita tidak melihat langsung dan tidak dapat mengalirkan pengetahuan pada anak dari sesuatu yang kita tidak tahu.
Selanjutnya, jika kurikulum makan diterapkan maka harus ada aturan saat makan. Waktu makan harus diberi batasan, jumlah makanan juga diberi batasan.
Kenapa waktu makannya hanya sebentar? Tidak satu jam atau dua jam atau setengah hari?
Agar anak bisa hidup kelak saat dewasa, pastikan dalam setiap kegiatan beri aturan dan batasan. Tak terkecuali saat makan. Toh, Allah didalam Al Quran memberikan kita pelajaran dengan batasan. Ada hidup batasannya mati, tak ada yang bisa hidup abadi. Jika anak sejak dini bisa disiplin, tepat waktu, tahu batasan, maka dia akan mentaati aturan Allah dengan senang, karena dia tahu aturan itu membuat hidupnya nyaman.
Kalau waktu makan sebentar anak makan sedikit dong. Nah, ini dia, orang dewasa yang menganggap anaknya manusia dewasa mini akan memperlakukan lambung anaknya seperti lambung ibu bapaknya.
Menurut dokter ahli, lambung anak sebesar kepalan tangan anak tersebut. Isinya harus berisi gizi seimbang, ada karbohidrat, protein, vitamin, mineral, zat besi serta zat lain yang bermutu juga air. Bayangkan jika diisi melebihi kapasitasnya? Apa yang akan terjadi? Pastinya akan timbul masalah, kelainan bahkan gangguan. Salah satunya obesitas.
Orangtua sering menuntut anak memasukan sesuatu kedalam perut anaknya yang tubuh anak tak memerlukannya, ini bahaya.
Gimana kalau anak kurang gizi? Boleh di cek berat badan anak setiap bulan, didalam KMS ada rumusnya, berapa berat badan ideal anak lelaki juga anak perempuan.
Orangtua harus memastikan anaknya makan hanya makanan yang dibutuhkan oleh tubuh saja. Makanan yang membuat semua sel tubuhnya berfungsi seimbang. Jangan sampai membuat anak hidup hanya untuk makan, tapi buat anak memahami mengapa dia harus makan. Makan untuk hidup.
Nah, sekolah yang menerapkan kurikulum makan juga memberikan kesempatan anak membereskan alat makan yang sudah digunakannya sendiri. Bukan membereskan semua alat makan ya, tapi hanya bekas dirinya sendiri saja.
Kenapa begitu? Kasihan dia, masih kecil kok disuruh beres beres. Coba deh ibu atau Bapak keliling Eropa dan Amerika. Anak anak usia dini di negara maju, tidak diajarkan menulis sambung, ba bi bu be bo juga 1 + 1. Anak anak di negara maju diajarkan mandiri sejak dini, tanggung jawab, disiplin, jujur, bersih juga bekerja sama. Nah saat makan itu semua bisa bangun pada anak anak kita. Saat membereskan alat makan, dia bisa empati pada ibunya atau pembantu yang suka beres beres di rumahnya. Woow, dalem banget ya maknanya. Anak kampung tapi bisa juga loh seperti anak anak dari negara adidaya. Keren kan?
BACA JUGA:Â Kok Bayiku Begini Ya…
Masih menolak anaknya beres beres alat makan? Kasihan anaknya gak bisa mandiri sejak dini. Padahal orangtuanya tak akan hidup 100 tahun lamanya dan siap selalu melayani dia. Bahkan hingga anak itu mati.
Nah, masih mau anaknya ketinggalan zaman? Kalau tidak mau maka pastikan bahwa kita sebagai orangtua maupun guru memberikan pengetahuan pada anak untuk hidup mereka kelak. Begitu juga pengetahuan tentang mengapa dia harus makan? Makanan apa yang harus dia makan? Bagaimana pengolahan makanan yang sesuai dengan aturan. Aturan yang sudah ada di dalam Al Quran. []