Oleh: Achmad Tuqo Syadid Billah
Saudaraku,
PERNAHKAH sejenak kita berpikir, merenung, berbincang dengan hati sendiri, membandingkan antara kita masa kini dan masa-masa lalu, akan terasa bahwa ada banyak hal baik yang hilang dari diri kita.
Kita dulu, yang mungkin baru memiliki sedikit ilmu, namun banyak beramal dan mempraktikkan ilmu yang ‘sedikit’ itu.
Kita dulu, yang barangkali belum banyak membaca dan mendapat keterangan tentang Allah, tentang Rasul-Nya, tentang Islam, namun terasa begitu kuat keyakinan kita hingga begitu banyak amal shaleh yang bisa kita amalkan.
Kita dulu, yang mungkin belum banyak mendengar nasihat, diskusi keislaman, kajian, namun seperti merasakan kedamaian karena kita melakukan apa yang kita ketahui itu, meskipun sedikit. Sadarkah?
Saudaraku,
Banyak hal baik yang hilang dari diri kita…
Sahabat Ali bin Abi Thalib RA pernah mengatakan, bahwa kelak di akhir zaman akan terkadi sebuah fitnah. Antara lain beliau menyebutkan, “… ketika seseorang mempelajari ilmu agama, namun bukan untuk diamalkan.”
Mungkin banyak di atara kita yang masih juga belum tersadar bahwa memang benar apa yang diucapkan sahabat Ali bin Abi Thalib RA tadi. Saat ini, kita hidup di zaman di mana banyak orang yang memerintahkan pada yang ma’ruf, namun mereka adalah orang yang jauh dari apa yang mereka serukan. Kini, kita hidup di zaman di mana banyak orang yang melarang pada kemungkaran, namun justru mereka adalah orang yang paling dekat dengan kemungkaran itu. Apakah ‘mereka’ di sini adalah termasuk kita?
Kita, sepertinya, kini memang lebih berilmu, lebih kaya pengetahuan ini dan itu, namun miskin dalam amal. Lebih banyak berkoar-koar namun nihil dalam pengamalan.
Tidakkah kita takut dengan apa yang Allah katakan dalam Firman-Nya?
“Wahai orang-orang beriman, mengapa engkau mengatakan apa yang tidak engkau kerjakan? (Sungguh) amat besar kebencian di sisi Allah ketika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan!” (QS. Ash-Shaf: 2-3)
Saudaraku,
Jika banyak yang baik-baik yang hilang dari diri kita, mari memuhasabahi diri sebelum beramal, melihat kembali apa yang menjadi orientasi dan tujuan dari amal-amal kita selama ini. jika kita berbicara, maka kita sebenarnya sedang diajak berbicara oleh diri kita sendiri melalui kata-kata kita itu. Kata-kata yang kita ucapkan, sebenarnya pertama kali ditujukan kepada diri kita sendiri, sebelum oranglain. Jika kita mendapatkan ilmu, maka kitalah orang yang pertama yang harus melakukannya.
Saudaraku,
Bahkan sahabat Rasulullah SAW yang terkenal dengan sikap zuhudnya, Abu Darda Radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Aku paling takut ketika Rabbku di hari kiamat memanggilku di depan seluruh makhluk lalu ditanya-Nya, “Apakah engkau mengerjakan apa yang sudah engkau ketahui?””
Saudaraku,
Mari kita raba kembali hati ini, banyak hal baik yang hilang dari diri kita…
“Sesungguhnya iman yang benar adalah ketika ia kokoh di dalam hati dan terlihat dalam perilaku (tindakan).” – Sayyid Quthb. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.