Oleh: Abdullah Hadrami
SELEKSI dari Allah pasti terjadi dan pada akhirnya manusia terbagi menjadi dua barisan; barisan orang-orang beriman dan barisan orang-orang munafik.
Allah berfirman:
مَّا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَىٰ مَا أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِن رُّسُلِهِ مَن يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَإِن تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini (campur aduk mukmin dengan munafik), sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasulNya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar,” (Al-Qur’an, Surat 3 Ali ‘Imran, Ayat 179).
Baca Juga: Hadits Agar Terbebas dari Kemunafikan, Benarkah Dhaif?
Kita tidak akan pernah tahu isi hati manusia, akan tetapi pasti Allah ungkap pada saatnya sehingga setiap orang munafik pasti keluar dari barisan orang-orang beriman dan setiap orang beriman pasti keluar dari barisan orang-orang munafik.
Sehingga barisan orang-orang beriman hanya berisi orang-orang beriman saja tidak ada orang munafik di dalamnya dan barisan orang-orang munafik hanya berisi orang-orang munafik saja tidak ada orang beriman di dalamnya.
Pada saat itulah kemenangan Allah berikan kepada hamba-hambaNya yang beriman.
Mari kita perkuat komitmen kita dalam mengamalkan Aqidah Al-Wala’ dan Al-Baro’, yaitu mencintai apa dan siapa saja yang Allah perintahkan untuk dicintai dan membenci apa dan siapa saja yang Allah perintahkan untuk dibenci sesuai ajaran wahyu Allah, Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Baca Juga: Tangisan Seorang Mukmin
Tidak mungkin orang yang mengaku beriman kepada Allah ternyata masih mencintai musuh-musuh Allah dan selalu berpihak kepada musuh Allah bahkan berada dalam barisan musuh Allah. Ini adalah iman palsu karena iman harus ada buktinya dan bukan sekedar pengakuan saja.
Keimanan kita bukan diukur dengan banyaknya ibadah kita, akan tetapi diukur dengan kepada siapa loyalitas kita, kepada siapa Al-Wala’ dan Al-Baro’ kita.
Kita harus selalu muhasabah (introspeksi dan mawas diri) agar selalu berada dalam barisan orang-orang beriman dan berhati-hati agar tidak terperangkap dalam barisan orang-orang munafik. []