SEBELUMNYA perlu untuk diketahui, bahwa membaca basmalah di awal setiap surat di dalam sholat termasuk perkara yang disyari’atkan. Hal ini merupakan pendapat dari jumhur ulama’ ( mayoritas para ulama’ ). Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi –rohimahullah- berkata:
وجملة ذلك أن قراءة بسم الله الرحمن الرحيم مشروعة في الصلاة في أول الفاتحة وأول كل سورة في قول أكثر أهل العلم
“Secara garis besar, sesungguhnya membaca basmalah merupakan perkara yang disyari’atkan di dalam sholat di awal surat Al-Fatihah menurut pendapat kebanyakan para ulama’”. [ Al-Mughni : 1/555 ].
Mereka berdalil dengan sebuah riwayat dari Nu’aim Al-Mujmir – rodhiallohu ‘anhu- , bahwasanya beliau berkata:
صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ: {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ حَتَّى إِذَا بَلَغَ {غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} فَقَالَ: «آمِينَ». فَقَالَ النَّاسُ: آمِينَ …..وَإِذَا سَلَّمَ قَالَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَشْبَهُكُمْ صَلَاةً بِرَسُولِ اللَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
“Aku pernah sholat di belakang Abu Huroiroh, maka beliau membaca bismillahir rahman nirrahim. Kemudian membaca ummul Qur’an ( Al-Fatihah ) sehingga apabila telah sampai ayat ghoiril maghdhu bi’alaihim wa dhollin, beliau berkata amin, maka para sahabat mengucapkan amin……… Dan apabila telah mengucapkan salam, beliau berkata: Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya aku orang yang paling mirip dengan sholat Rosulullah-shollallahu ‘alahi wa sallam-“. [ HR. An-Nasa’i : 905 ].
BACA JUGA: Mengapa Perempuan Lebih Utama Shalat di Rumah?
Sisi pendalilan dari riwayat di atas, adalah penetapan dari sahabat Nu’aim Al-Mujmir –rodhiallohu ‘anhu- tentang pembacaan basmallah dalam sholat dari Abu Huroiroh –rodhiallohu ‘anhu-. Setelah itu, Abu Huroiroh –rodhiallohu ‘anhu- memberikan ta’kid ( penegasa ) bahwa beliau melakukan itu karena mengikuti dan mencontoh nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam-. Karena beliaulah yang paling mirip sholatnya dengan nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam-.
Telah diriwayatkan pula dari Anas bin Malik –rodhiallohu ‘anhu-, sesungguhnya beliau berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ {بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}
“Aku sholat bersama Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam-, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, maka aku tidak mendengar salah satu dari mereka membaca bismillahirrahmannirrahim”. [ HR. Muslim : 399 ].
Di dalam suatu riwayat lain Anas berkata:
فلم أسمع أحدا منهم يجهر ببسم الله الرحمن الرحيم
“Aku tidak pernah mendengar salah satu dari mereka mengeraskan bacaan Bismillahir-rahmannir-rahim”.[ HR. Ibnu Khuzaimah : 496 – shohih ].
Riwayat Anas bin Malik –rodhiallohu ‘anhu- juga menunjukkan bahwa bahwa Nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam-, Abu Bakar, Umar bin Khathab, serta Utsman bin Affan, juga membaca basmallah di dalam sholat mereka, walaupun tidak dikeraskan.
Apakah basmalah dibaca keras atau pelan?
Jumhur ulama’ (mayoritas ulama’) dari madzhab Hanafi, Maliki dan Hambali berpedapat, sesungguhnya basmalah dibaca pelan/tidak diperdengarkan dalam sholat jahriyyah. Hal ini berdasarkan riwayat dari Anas bin Malik –rodhialloh ‘anhu- beliau berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ {بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}
“Aku sholat bersama Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam-, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, maka aku tidak mendengar salah satu dari mereka membaca bismillahirrahmannirrahim”. [ HR. Muslim : 399 ].
Dalam riwayat lain masih dari Anas bin Malik –rodhiallohu ‘anhu- beliau berkata:
صَلَّيْتُ خَلَفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا يَذْكُرُونَ {بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلَا فِي آخِرِهَا “
“Aku sholat di belakang Nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam-, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, maka mereka membuka dengan Alhamdulillah Robbil ‘alamin, tidak menyebutkan bismillahirrahmanirrahim di awal bacaan dan tidak diakhirnya”. [ HR. Muslim : 399 ].
Maksud perkataan Anas bin Malik telah dijelaskan oleh Imam Ibnu Khuzaimah –rohimahullah- ( wafat : 311 H ) beliau berkata:
أَيْ لَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ جَهْرًا بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، وَأَنَّهُمْ كَانُوا يُسِرُّونَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِي الصَّلَاةِ
“Artinya : aku tidak mendengar salah satu dari mereka mengeraskan bismillahirrahmannirrahim. Dan sesungguhnya mereka memelankan bismillahirrahmanirrahim di dalam sholat” [ Shohih Ibnu Khuzaimah : 1/249 ].
BACA JUGA: Hukum Mengeraskan Doa setelah Shalat Fardhu
Pernyataan Ibnu Khuzaimah –rohimahullah- di atas diperjelas dengan riwayat lain dari Anas bin Malik –rodhiallohu ‘anhu- beliau berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ {بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}
“Aku pernah sholat bersama Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam-, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, maka aku belum pernah mendengar salah satu dari mereka membaca bismillahir-rahmannir-rahim”. [ HR. Muslim : 399 ].
Sisi pendalilannya pada kalimat : “belum pernah mendengar salah satu dari mereka membaca bismillahirrahmannirrahim”. Kalimat ini memberi isyarat, bahwa mereka membaca akan tetapi tidak diperdengarkan. Lain halnya jika dikatakan “tidak membaca”.
Catatan:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rohimahullah- dalam Majmu’ Fatawa (22/411) menisbatkan riwayat Anas bin Malik dengan lafadz : “belum pernah mendengar salah satu dari mereka mengeraskan bismillahirrahmannirrahim” kepada Imam Muslim dalam “Shohih” beliau. Akan tetapi setelah kami berusaha mencarinya, kami tidak menemukannya. Yang ada riwayat yang telah kami sebutkan di atas, yaitu dengan kalimat “tidak membaca” bukan “tidak mengeraskan”. Wallohu a’lam. []
BERSAMBUNG KE BAGIAN 2 | SUMBER Facebook: Abdullah Al-Jirani |