SEBUAH ombak menghantam kapal yang membawa Muslim Rohingya ke Bangladesh pada 28 September lalu. Kapal tersebut hanya berjarak beberapa meter dari daratan.
Hantaman ombak itu menyebabkan Nur Fatima dan anak laki-lakinya yang berusia sembilan bulan terlempar ke lautan. Dia lalu meraih tepian perahu dengan satu tangan, sementara tangan satunya memegang anaknya.
“Kami tenggelam dan saya melihat gelembung keluar dari mulut bayi saya saat dia meninggal,” katanya kepada Al Jazeera pada hari Sabtu, wajahnya tidak terlihat saat dia menceritakan bencana 28 September yang dilaporkan menewaskan lebih dari 60 pengungsi itu.
“Hanya 17 yang selamat,” kata petugas penyelamat.
Sedikitnya 23 mayat telah ditemukan di sepanjang Pantai Inani, di Cox’s Bazar, Bangladesh, dan di antaranya adalah anak laki-laki Fatima, Saiful Rahman.
Ibu dari 2 anak ini melarikan diri bersama keluarganya setelah milter Myanmar menyerang desanya.
Lebih dari setengah juta Rohingya telah mengosongkan diri dari Rakhine utara ke Bangladesh sejak 25 Agustus. Mereka membawa berita tentang pembunuhan massal, perkosaan, dan pengkhianatan terhadap seluruh desa.
“Sangat jelas bahwa orang-orang sangat putus asa untuk melarikan diri,” kata Kitty McKinsey, juru bicara badan pengungsi PBB (UNHCR). “Dan jelas mereka mempertaruhkan nyawa mereka untuk melakukannya.”
Fatima kehilangan delapan anggota keluarganya dalam perjalanan ke Bangladesh. Dua belas orang selamat, termasuk suaminya, anak laki-laki berusia tiga tahun, dan ipar laki-laki Nurul Salam. []