“Ni, gini pegang nya,” ujar seorang ibu.
Sang Ibu sibuk memegang tangan bayi 17 bulannya. Ibu membetulkan cara bayi memegang pulpen milik ayahnya yang tadi dia mainkan.
“Salah bukan gitu megang pinsil nya, gini,” seru Bu Guru seraya memegangi tangan muridnya, memperbaiki cara dia memegang pensil.
Mulai bayi sampai balita, guru dan orangtua sibuk memegangi tangan anak maupun siswa mereka.
Guru dan Orangtua, alih-alih membangun tiga jari menulis anak agar terampil, malah sibuk menyalahkannya.
Orangtua di rumah, menyuapi anaknya makan, memakaikan pakaian, mengkancingkan baju, menyisirkan rambut, melarang anak meremas rambutnya, meremas kertas, memegang gunting, melempar bola dan lain sebagainya.
Orangtua tidak menyadari bahwa aktivitas yang mereka larang lakukan pada anaknya itulah yang akan menguatkan tiga jari menulisnya. Saat anak terampil memakai jari jemarinya dalam setiap kegiatan, maka ketika dia memegang pensil dia akan terlatih memegang dengan benar dan menulisnya pun akan terampil.
Bayi 8 sampai 18 bulan mereka memakai alat tulis untuk membuat coretan, menikmati alat alat tulis dan membuat coretan pada kertas. Mereka memegang krayon dan memindahkannya dari satu tangan ke tangan lain. Mereka pun meniru saat melihat orang dewasa menulis. Menunjukan gambar/coretan buatannya kepada orang lain.
Waah senangnya bayi ku bisa menulis, walau itu nampak sebuah coretan yang biasa saja, namun itu merupakan tahapan dari early writing. Tahapan ini akan naik ke tahapan lebih tinggi jika orangtua dan guru terus memberikan bayi stimulasi dan apresiasi positif atas apa yang sudah dicapainya.
Bayi sudah belajar menulis, harapannya kelak bisa jadi penulis. Pengetahuan diikatnya dengan pena, dia dapat pengetahuan, dia katakan, dia tuliskan dan dia implementasikan. []