JUJUR saja, kita dibesarkan dalam tradisi yang sangat tabu dalam membicarakan masalah seks. Utamanya dengan orang tua. Tapi, dalam islam, seperti hal-hal lainnya, seks atau jima juga menjadi suatu hal yang bisa dipelajari dan didiskusikan, sepanjang tidak mengarah pada pembicaraan pribadi dan teknik.
Berikut adalah hal-hal yang seringkali menjadi pertanyaan yang juga sering masuk ke redaksi islampos.
Jima’ apaan sih?
Islam adalah way of life, sistem hidup yang sempurna, yang mengatur setiap aspek kehidupan manusia, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat, termasuk di dalamnya mengatur masalah jima’. Jima’ berasal dari kata dasar ja-ma-‘a. Artinya berkumpul. Dalam al-quran dan hadist istilah untuk berhubungan suami istri ini, juga di ungkapkan dalam ungkapan lain, misalnya dalam Al-qur’an Annisa ayat 43, aw la mastumunisa atau “kamu telah menyentuh perempuan..” , di sini Al-qur’an memakai kata al-massu, yang artinya secara bahasa menyentuh. Di ayat lain, qs al-baqoroh : 128, diungkapakan dengan kata ar-rafats artinya bercampur. Jima’ dalam sebuah hadis, disebutkan juga dengan kata massul khitan, bertemunya dua khitan.
Apa hukumnya jima’?
Jima’ adalah bagian dari nafkah suami pada istri. Suami wajib menafkahi lahir bathin pada istri, dan istri berhak mendapatkannya. Jika suami tidak melaksanakannya maka ia berdosa. Jadi mayoritas ulama mengatakan jima’ hukumnya wajib secara fikih. Secara biologis pun jima’ adalah fitrah manusia, dan menjadi bagian keharmonisan keluarga.
Kalau sholat kan wajib 5 x sehari, kalau jima’ berapa kali ?
Masyaalloh, pertanyaan bagus. Mengenai wajib, mayoritas ulama sepakat, tapi mengenai berapa ukuran kewajibannya, berbeda-beda. Dalam Islam, paling maksimal suami tidak menafkahi batin istrinya, adalah 4 bulan. Bila lebih dari 4 bulan, bisa meminta diceraikan. Jadi buat yang suka ke luar kota atau ke luar negeri lebih dari 4 bulan, mendingan istrinya diajak.
Subhanallah, ajaran islam itu, lengkap banget. Kehidupan Rasulullah SAW, menjadi teladan dalam berbagai hal, termasuk dalam hal ini. Sebagai rasul, masalah ini pun ditransparansikan untuk kebaikan umatnya. Salah satu hikmah Rasulullah SAW berpoligami adalah, terungkapnya berbagai kehidupan ‘rahasia’ Rasul SAW bersama para istrinya, dalam berbagai sudut pandang. Bahkan dalam suatu riwayat, Rasul pernah menggilir istri-istrinya, dalam 1 malam, dengan 1 kali mandi, dan tetap tahajud, yang tentunya tidak kesiangan solat subuh ke mesjid.
Bagaimana cara melakukannya?
Sebagaimana disebutkan di atas, di sini tidak akan dibahas soal itu. Tapi secara garis besar, jima bisa kita bagi menjadi 3 babak.
Babak persiapan
Jangan langsung…, sabar dong, kalau olahraga saja tanpa pemanasan nanti bisa cedera, keram dsb. Begitu juga jima’ . Nah, karena jima’ adalah ibadah, maka di awali dengan
– membaca basmallah dan berdo’a. “Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: “Jika salah seorang kamu ingin berjima’ dengan istrinya, hendaklah ia membaca: ‘bismillah, allahumma jannibnaa asy-syaithana wa jannibi asy-syaithana ma rozaqtanaa’ (dengan nama Allah, yaa Allah jauhkanlah syetan dari kami dan jauhkanlah syetan dari apa yang engkau rizqikan kepada kami). Maka seandainya ditakdirkan dari hubungan itu seorang anak, anak itu tidak akan diganggu syetan selama-lamanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
– ada prolog, bermesraan dulu, jangan langsung to the point.
Asma’ binti Yazid binti As-Sakan radhiyallaahu ‘anha, berkata: “saya merias ‘Aisyah untuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk di samping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” ‘Asma binti Yazid berkata: “Aku menegur ‘Aisyah dan berkata kepadanya, ‘ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam!’ Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit.”
Tidak seperti suami, istri tidak setiap saat siap melakukan jima’. Kalau laki-laki menikah dengan dominasi jima’ yang besar, tapi kalo perempuan secara psikologis lebih menginginkan kenyamanan terlebih dahulu.
Apa lagi yang harus diperhatikan?
Jangan lupa, bersih – bersih dulu, mandi, hilangkan bau badan, jangan hanya menuntut terhadap istri saja, berpenampilan menarik. Dalam sebuah riwayat dikatakan, kalau fitrahnya, ada lima yang mesti dipotong, yaitu khitan, potong kuku, cukur kumis, bulu ketiak, sama kemaluan, jadi setiap suami istri, sama-sama memperhatikan penampilan masing-masing. []
Sumber: I Love Allah SWT & The Prophet SAW