SESEORANG boleh saja berangan-angan atau berharap untuk memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain tanpa menginginkan hal itu hilang dan lenyap dari orang itu. Para ulama menyebut keinginan seperti ini dengan istilah ghibtoh.
Ghibtoh berbeda dengan hasad. Hasad yaitu seseorang membenci kenikmatan yang ada pada orang lain atau bahkan berharap nikmat tersebut hilang darinya. Sedangkan ghibtoh, ia berharap memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain tanpa membenci apalagi berharap nikmat itu lenyap darinya.
BACA JUGA: Obat Hasad Paling Mujarab
Ghibtoh adalah perkara yang diperbolehkan, apalagi bila hal tersebut berkaitan dengan perkara agama dan akhirat. Rasulullah SAW menjelaskan:
لاَ حَسَدَ إِلاَّ عَلَى اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَقَامَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالاً فَهُوَ يَتَصَدَّقُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
“Tidak ada hasad (ghibtoh) yang terpuji kecuali kepada dua orang: seseorang yang Allah berikan Alquran, ia membacanya untuk qiyamul lail, dan seseorang yang diberi Allah harta, ia gunakan untuk bersedekah malam dan siang hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hasad atau iri yang dimaksud dalam hadits di atas adalah ghibtoh.
Kita dapati para fuqara dari kalangan sahabat berharap dapat mengerjakan apa yang dikerjakan oleh orang kaya. Mereka ingin bisa bersedekah, berhaji, umrah, jihad di jalan Allah dan ibadah lain yang membutuhkan harta, sehingga mereka mengeluhkan hal tersebut kepada Rasulullah SAW. Maka itu, beliau memberikan solusi dari apa yang mereka keluhkan tersebut.
Yang kaya bersyukur, yang fakir bersabar
Begitu banyak kenikmatan yang telah Allah curahkan kepada kita. Begitu banyaknya Allah SWT melimpahkan karunia kepada makhluk-Nya. Banyak hal yang telah kita minta, banyak kenikmatan yang telah Dia berikan kepada kita. Allah ta’ala berfirman:
وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوْهُ وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللَّهِ لاَ تُحْصُوْهَا
“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” (QS. Ibrahim: 34)
Maka itu, bagi orang yang memiliki kelebihan harta, hendaklah ia banyak-banyak bersyukur kepada Allah ta’ala.
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. al-Baqarah: 152)
BACA JUGA: Ahli Kitab Tidak Beriman kepada Rasulullah karena Hasad
Di antara cara bersyukur kepada Allah adalah dengan menaati-Nya. Sebagian ulama berkata: ”Bersyukur artinya menaati Dzat Pemberi nikmat.”
Adapun bagi orang yang fakir, hendaklah ia bersabar atas kondisinya tersebut. Tidak boleh ia sombong, congkak atau berbuat jahat kepada saudaranya yang berharta.
Rasulullah SAW telah menjelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwasanya ada tiga golongan orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak disucikan, tidak pula dilihat, dan bagi mereka siksa yang pedih. Mereka adalah orang tua yang berzina, raja pendusta, dan orang miskin lagi sombong. []
SUMBER: ALQURAN-SUNNAH