DALAM al-Qur’an terdapat 71 buah kata yaum al-qiyaamah. Artinya hari Kiamat. Tidak ada kata al-qiyaamah yang berdiri sendiri, melainkan selalu didahului kata yaum sebagai mudhof, dan kata al-qiyaamah sebagai mudhofun ilaih. Yaum al-qiyaamah itu menunjuk waktu yang berlangsung lama, tidak sekedar sehari yang 24 jam.
Yaum al-qiyaamah itu berlangsung bisa ribuan tahun. “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu.” ( QS Al-Hajj 22:47). Sehari Hari Kiamat itu ialah kurun waktu terjadinya perubahan dan kehancuran benda-benda alam semesta ini.
BACA JUGA: Ketika Rasul Ditanya Soal Kiamat
Perubahan dan kehancuran itu bukannya terjadi dalam waktu sehari 24 jam, dan bukan pula mendadak. Perubahan dan kehancuran itu akan terjadi bertahap-tahap. Selama Hari Kiamat itu langit tujuh lapis, langit dunia, galaksi-galaksi, bintang-bintang, dan bumi dengan segala isinya akan diubah, dihancurkan, dan kemudian disusun kembali menjadi alam baru, terdiri dari Bumi Baru dan Langit Baru. Pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain, dan (demikian pula) langit. Dan mereka semuanya ber”kumpul untuk menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa (di Bumi baru dan Langit baru itu),” (QS. Ibrahim 14:48).
Bumi dan Langit yang ada sekarang disebut Alam Dunia, dan Bumi Baru dan Langit Baru itu nanti disebut Alam Mahsyar. Jika dicermati ayat-ayat Qur’an yang mengandung kata-kata yaum al-qiyaamah yang 71 itu, dapatlah dimengerti bahwa istilah Hari Kiamat mencakup macam-macam hari, yaitu :
1. hari kehancuran langit dan bumi ini total (yaum al-qiyaamah)
2. hari kebangkitan manusia sebelum menuju Alam Mahsyar (yaum al-ba’tsi)
3. hari keberangkatan manusia menuju Alam Mahsyar (yaum al-hasyri)
4. hari pengumpulan manusia di Alam Mahsyar (yaum al-jam’i)
5. hari pengelompokan manusia di Alam Mahsyar (yaumun majmuu‘)
6. hari ketakutan di Alam Mahsyar ( yaum at-Taghabun)
7. hari penghitungan amal di Alam Mahsyar (yaum al-hisab)
8. hari pembobotan amal di Alam Mahsyar (yaum al-wazni)
9. hari keputusan di Alam Mahsyar (yaum al-fashli)
10. hari kekal manusia di Alam Baqa’ di Surga dan di Neraka (yaum alkhulud).
Sepuluh macam hari ini mempunyai bagian-bagian pula. Sepuluh macam hari ini disebut Hari Agama (Yaumu ‘d-Diin). Sebelum hari kehancuran langit dan bumi ini secara total kita mengalami tujuh hari yang silih berganti, yakni Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Tujuh hari ini disebut Hari Dunia, alias Hari Bumi, ditandai terbit dan tenggelamnya matahari.
Di antara tujuh Hari Dunia itu pasti ada hari akhir (al-yaum al-aakhir), yakni hari akhirnya setiap orang, yaitu hari kematiannya. Kematian seseorang atau beberapa orang atau sejumlah besar orang atau punahnya semua manusia dari muka bumi ini pada waktunya itu disebut Sa’ah.
Sebagaimana ditunjuk oleh ayat-ayat al-Qur’an, antara lain surat Al-An’Am 6:31 dan 40; surat Al-A’raf 7: 87; surat Yusuf 12:107; surat Al-Hijr 15:85; surat An-Nahl 16:77; surat Al-Kahfi 18:21; surat Maryam 19:75; surat Thaahaa 20:15; surat Al-Anbiya 21:49; surat Al-Hajj 22:1, 7 dan 55; surat Al-Furqaan 25:11; surat Ar-Ruum 30:12, 14, 55; surat Luqman 31:34; surat Al-Ahzab 33:63; surat Fushshilat 41:47; surat As-Syuraa 42:17-18; surat Az-Zukhruf 43:61, 66, 85; surat Al-Jaatsiyah 45:27, 32; surat Muhammad 47:18; surat Al-Qamar 54:46, dan surat An-Naazi’at 79:42. Kehancuran atau perubahan benda-benda alam tertentu pada waktu tertentu disebut dengan bermacam sebutan, seperti alqari’ah, zalzalah, shookhoh, thoommah, dan lain sebagainya.
Selama ini terdapat kerancuan di kalangan kaum muslimin. Kerancuan yang pertama terletak pada istilah ‘kiamat’ yang diartikan kehancuran benda-benda alam mendadak dalam waktu satu hari saja. Bumi, langit, dan bintang-bintang akan serentak hancur pada hari itu. Yang kedua menyamakan ‘kiamat’ yang diartilkan peristiwa kehancuran mendadak itu tadi dengan yaum al-qiyaamah yang berkonotasi babak-babak waktu.
BACA JUGA: Salah Satu Ciri Kiamat: Ketika Amanat Disia-siakan
Kiamat dengan yaum al-qiyaamah, dicampur adukkan. Ketiga, menyamakan ‘kiamat’ dengan ‘Sa’ah’, sehingga hampir semua kata Sa’ah dalam al-Qur’an dan Hadits diartikan ‘kiamat’, padahal kiamat itu berproses, sedangkan sa’ah mendadak (baghtatan)… Apa yang disebut-sebut sebagai kiamat selama ini seharusnya diganti dengan sebutan Sa’ah, sebab langit dan bumi ini baru mengalami perubahan dan kehancuran sebagian-sebagian saja, belum hancuran total. []
SUMBER: AKHIRZAMAN