Seorang wanita dari lyadh berkata bahwasannya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Allah mewahyukan supaya kamu sekalian bersifat rendah hati. Janganlah berlaku kasar dan menyombongkan diri terhadapi orang lain.”
Suatu kali Abu Hurairah pergi dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke pasar `Ukadh. Rasulullah berniat membeli celana untuk diganti dengan buah-buahan. Karena pada masa itu adat Arab masih tukar menukar barang.
Rasulullah Shalallahu ‘aaihi wasallam berkata kepada penjual, “Timbanglah dan lebihkan beratnya timbanganmu.”
Maksudnya agar si pedagang mendapat keuntungan lebih. Namun pedagang itu malah bertanya kepada Abu Hurairah, “Siapakah ini yang memberi keuntungan kepada saya? Apakah ia seorang raja?”
BACA JUGA: Begini Tahapan Dakwah Rasulullah di Makkah
Lantas, ia menghampiri hendak memeluk mencium Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau pun dengan segera menarik tangannya, seraya berkata, “Cara begini perbuatan orang Ajam terhadap raja-rajanya, (mencium tangan tanda merendahkan diri dan seolah-olah tunduk selain kepada Allah).”
Karena itu beliau berkata, “Saya bukan raja. Saya lelaki biasa sama dengan kamu.”
Kemudian Nabi membawa sendiri belanjaannya. Waktu Abu Hurairah hendak membawanya barang bawaannya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Yang punya barang lebih pantas membawanya sendiri.”
Benar saja jika ada orang yang berkata, “Rendah hati akhlak orang-orang terhormat dan sombong tabiat orang-orang hina rendah derajat.”
Hal itu terlihat dari bagaimana sikap manusia termulia yang paling dicintai Allah SWT, dengan budinya yang baik ia tidak meminta untuk lebih dimuliakan oleh para sahabatnya.
Ada pula yang berkata, “Mahkota manusia ialah rendah hati.”
BACA JUGA: Wanita Ini Pingsan Setelah Mendengar Ucapan Abu Hurairah
Terdapat satu syair yang melukiskan hal itu,
“Yang paling tercela merasa tinggi diri
Pada pandangan orang arif rendah sekali
Rendah hatilah seperti bintang menyinari permukaan air dan ia tetap tinggi
Janganlah kamu seperti asap yang naik sendiri ke udara dan ia akan hilang tidak berarti.” []
Sumber: Akhlak Muslim/Penulis: H Oemar Bakry/Penerbit: Angkasa