JAKARTA—Kasus yang menimpa Baiq Nuril Maknun, staf honorer di SMAN 7 Mataram, Nusa Tenggara Barat, korban pelecahan seksual yang justru dijatuhi hukuman menarik banyak simpati dan perhatian masyarakat.
Seperti diketahui, pada 2017 lalu, Baiq Nuril sering mendapat telepon yang berisi rayuan dari sang kepala sekolah di SMA tersebut berinisial M. Tidak tahan dengan rayuan via telepon itu, dan tak ingin dituduh memiliki hubungan gelap dengan sang kepala sekolah, Nuril lantas merekam percakapan beraroma mesum tersebut.
BACA JUGA:Â Ini Penjelasan Juru Bicara MA soal Putusan Baiq Nuril
Rekaman tersebut kemudian menjadi dasar bagi Dinas Pendidikan Kota Mataram untuk memindahkan M dari jabatan kepala sekolah. Namun M lantas melaporkan Nuril karena dianggap telah menyebarkan konten asusila. Hingga kini kasus Baiq Nuril ini telah sampai di tahap kasasi.
Mahkamah Agung menyatakan bahwa Baiq Nuril Maknun bersalah karena telah mendistribusikan atau mentransmisikan konten asusila seperti tertera dalam pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Kasus Baiq Nuril ini menjadi pelajaran bagi kaum hawa khususnya bagaimana caranya menyikapi dan melawan pelecehan seksual secara verbal.
Pelecehan seksual adalah dorongan seksual yang tidak diinginkan, bisa dalam bentuk permintaan untuk aktivitas seksual atau perilaku verbal lainnya yang bersifat seksual.
Berikut tips saat menghadapi pelecehan seksual secara verbal.
1. Dokumentasikan pelecehan
Ketika pelecehan seksual secara verbal terjadi, banyak pihak merasa tidak mampu melakukan apapun. Tidak tahu bagaimana caranya merespons pelecehan itu.
Kondisi ini normal terjadi karena korban bingung mau berbuat apa, terlebih jika status sosial si korban berada di bawah pelaku.
BACA JUGA:Â Hotman Paris Siap Dampingi Baiq Nuril: Ayo Kita Lawan
Jika pelecehan terjadi, coba mendokumentasikan rincian pelecehan sesegera mungkin.
Catat apa yang dikatakan, siapa yang terlibat, di mana pelecehan itu terjadi, jam dan tanggal terjadinya pelecehan, mencatat juga apa yang kamu rasakan ketika pelecehan itu terjadi.
2. Cek peraturan
Sebagian besar tempat kerja memiliki kebijakan dan prosedur resmi untuk melaporkan pelecehan seksual.
Sebaiknya pelajari peraturan tersebut sebelum melapor, karena seringkali korban pelecehan seksual dianggap mengada-ada atau sulit dipercaya. Terutama bila kasus pelecehan dilakukan oleh atasan di tempat kerja.
3. Cari dukungan
Banyak korban pelecehan seksual beranggapan jika melibatkan aparat, dikhawatirkan bisa membuat tidak nyaman, atau bahkan tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan.
Karena itu, sebaiknya cari dukungan yang bisa memberikan kenyamanan. Bisa dari sahabat tepercaya atau dari ahli di bidangnya, misalnya psikolog, yang bisa memberikan nasihat untuk cara menghadapi pelecehan seksual. []
SUMBER: FAIRYGOD BOSS